Jadi Metropolitan, Kondisi Kota Cirebon Makin Sesak

CIREBON (CT) – Beroperasinya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), sejak tahun 2015 lalu dan bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), hingga wacana Cirebon Raya menjadi Metropolitan membuat pembangunan Kota Cirebon bergeser paradigma. Dari tradisional dan mengandalkan sektor dagang, kini menjadi lebih modern dengan mengusung industri sebagai andalan.

Pertumbuhan investasi melonjak hingga 41 persen dalam setahun terakhir, berkumpulnya 87 hotel di lima kecamatan, hingga pesatnya sarana transportasi di kota Cirebon yang luasnnya 38 kilometer persegi tersebut, adalah gambaran betapa Kota Cirebon didapuk menjadi pusat pembangunan dan investasi.

Gambaran tersebut, pada akhirnya membuat Kota cirebon menjadi tempat yang ‘empuk’ untuk mengadu nasib. Tak ayal, banyak warga dari daerah lain berbondong untuk bekerja atau mengenyam pendidikan di Kota Cirebon. Kota yang dipimpin oleh Nasrudin Azis pun diprediksi akan makin padat dan sesak.

“Dari data kepengurusan berkas perpindahan, ada sekitar 25 orang setiap harinya jadi pendatang di Kota Cirebon,” ungkap Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk (Dafduk) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cirebon, Agus Muharam.

Jika dilihat lebih spesifik, pendatang di Kota Cirebon mayoritas adalah warga yang mengadu nasib untuk mencari nafkah. Mengingat, perputaran uang di Kota Cirebon bisa dibilang tinggi.

“Saya dari Pancalang, Kuningan, tiap hari berjualan di Kota Cirebon, seminggu sekali pulang,” ujar Joko Mauludin, penjual es doger yang biasa keliling di sekitaran Kejaksan. (Wilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *