Dinilai Sebatas Seremonial, Gelaran Gotrasawala 2016 kembali Tuai Polemik

CIREBON (CT) – Gelaran Gotrasawala yang diinisiasi oleh Pemprov Jawa Barat melalui Disporbudpar dan Dewan Kesenian Jawa Barat (DKJB) kembali menuai kritik tajam dari sejumlah seniman Cirebon, Rabu (10/08).

Event Gotrasawala dianggap telah melenceng dari spirit Gotrasawala, serta kerap menihilkan isu-isu pokok perihal keberlangsungan kehidupan seni budaya di Cirebon.

Hal tersebut diungkapkan Fathan Mubarak yang merupakan pegiat Komunitas Sastra Rumah Kertas. Dirinya menegaskan, bahwa gelaran Gotrasawala selama ini tak lebih dari ajang seremonial yang menghambur-hamburkan dana miliaran rupiah.

“Dari sekian rangkaian acara, Gotrasawala dengan berbagai ritus yang mengiringinya menjadi yang paling sia-sia. Sementara pada saat yang sama, ada banyak agenda kebudayaan Cirebon yang mangkrak bahkan tak tersentuh pemerintah dan pelaku-pelaku budaya di Cirebon. Padahal, dalam hitung-hitungan saya, itu penting dan pokok,” ujarnya.

Fathan menilai gelaran Gotrasawala yang akan dihelat beberapa hari lagi, Jumat-Minggu (12-14/08), tidak mengakomodir dan membahas isu-isu yang mendesak dan penting.

“Semisal soal dinamika bahasa Cirebon yang belakangan berkembang dan perlu direspons, soal historiografi Cirebon, soal lingkungan, tata ruang kota, ruang terbuka hijau, serta banyak hal lain yang penting kita bicarakan. Sayangnya, itu tidak ada di Gotrasawala. Jadi, jika Gotrasawala tetap seperti sekarang, maka peristiwa Gotrasawala di abad 17 itu jauh lebih menarik dibanding sekarang, karena di situ segala hal yang penting di zamannya dibicarakan,” ujarnya.

Banyaknya kritik terhadap gelaran Gotrasawala, direspons oleh budayawan Cirebon sekaligus wartawan senior, Nurdin M Noer. Dirinya menegaskan bahwa kritik yang bermunculan terhadap gelaran Gotrasawala selama ini keluar dari esensi dan kerap menjadi tudingan tak berdasar.

“Sebenernya kritik itu bagus dan bisa diterima. Tapi sayangnya kritik tersebut tidak ditujukan terhadap esensi Gotrasawala-nya, melainkan mempersoalkan anggaran dan semacamnya. Menghabiskan uang dan semacamnya, itu tudingan tak berdasar,” ujarnya.

Nurdin menambahkan, dirinya berharap perdebatan yang muncul seputar Gotrasawala itu menuju esensi. “Semestinya apa yang kita perdebatkan, misalnya apa itu fungsi Gotrasawala, tentang siapa pangeran wangsakerta, apa saja karyanya, apakah karya wangsakerta masih relevan hingga saat ini. Tapi jika yang dipersoalkan adalah anggaran, itu terlalu teknis sekali,” terangnya. (CT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *