Citrust.id – Indonesian Diaspora Network United (IDN United) menggelar pertemuan strategis dengan Kepolisian Resor (Polres) Cirebon Kota di mapolres setempat, Rabu (25/6/2025).
Pertemuan itu dalam rangka memperkuat sinergi lintas sektor guna mengatasi persoalan sosial dan mendorong pemanfaatan teknologi dalam penegakan hukum.
Diskusi membahas sejumlah isu penting, mulai dari kemiskinan, pendidikan, hingga kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Hadir dalam agenda tersebut antara lain, Trigo Neo Starden, pengacara maritim sekaligus Media Director IDN United; dr. Johan, dokter diaspora Indonesia yang kini menetap di Singapura; serta Ketua KPAID Cirebon, Fifi Sofiah.
Trigo Neo Starden menegaskan, kunjungan tersebut merupakan langkah awal menuju kolaborasi strategis yang mengusung tiga pilar utama: teknologi, lingkungan, dan finansial.
“Kami dorong implementasi teknologi deteksi kebohongan berbasis empat pertanyaan dalam empat menit. Ini dapat membantu aparat dalam menilai kejujuran pelaku atau saksi dengan cepat dan akurat,” ujar Trigo.
Ia menambahkan, teknologi tersebut telah melalui kajian internasional dan siap diadopsi oleh aparat penegak hukum Indonesia, khususnya di Cirebon, demi terciptanya sistem hukum yang lebih modern dan adil.
“Kami tidak bisa bergerak sendiri. Kolaborasi dengan masyarakat dan media sangat dibutuhkan untuk menciptakan perubahan yang nyata,” imbuhnya.
Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Iskandar, menyambut baik seluruh ide yang ditawarkan IDN United, termasuk konsep pengolahan sampah menjadi sumber energi terbarukan.
“Konsep pengolahan sampah menjadi energi listrik atau gas sangat relevan untuk diterapkan di Cirebon. Ini solusi konkret yang bisa menjawab persoalan lingkungan sekaligus energi,” kata AKBP Eko.
Ia juga menyoroti pentingnya penggunaan perangkat lunak deteksi kebohongan, terutama dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak yang membutuhkan ketelitian dan empati dalam pengungkapan fakta.
Pertemuan ditutup dengan komitmen bersama untuk menindaklanjuti hasil diskusi melalui kerja sama teknis dan formal.
Kedua pihak sepakat untuk mewujudkan berbagai inovasi menjadi program nyata demi kesejahteraan masyarakat Cirebon.
Di hari yang sama, dr. Johan melakukan kunjungan empatik ke Rumah Aman milik KPAID Kabupaten Cirebon yang dikelola oleh Fifi Sofiah. Rumah Aman itu dikenal sebagai salah satu tempat perlindungan anak paling aman dan humanis di wilayah Cirebon.
Dokter Johan, yang merupakan pemegang gelar Master of Internal Medicine dari Singapura, FRCS Orthopaedic dari Glasgow, MRCP dari Inggris, dan FAAOS dari Amerika Serikat, tidak kuasa menahan air mata saat melihat langsung kondisi anak-anak korban kekerasan seksual.
“Saya tersentuh, terharu, dan terguncang secara psikologis. Saya melihat anak-anak yang kecil, yang besar, semuanya memiliki trauma mendalam. Ini adalah kasus yang mungkin akan saya ingat seumur hidup,” ungkap dr. Johan dengan suara lirih.
Salah satu kasus yang mengguncang dirinya adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang hamil akibat kekerasan seksual, diduga dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri.
Menurut dr. Johan, kehamilan pada usia dini berisiko tinggi, baik bagi ibu maupun janin.
“Hamil di usia muda meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Belum lagi jika kehamilan tersebut hasil dari incest, maka ada risiko besar terjadinya kelainan genetik karena pertarungan DNA dari garis keturunan yang sama,” jelasnya.
Rumah Aman KPAID Kabupaten Cirebon menyediakan perlindungan bagi anak-anak korban kekerasan seksual, eksploitasi, dan penelantaran.
Dengan pendekatan kasih sayang, terapi psikologis, serta pendampingan hukum dan medis, tempat itu menjadi simbol harapan bagi mereka yang pernah mengalami luka batin mendalam.
“Saya berharap akan ada lebih banyak rumah aman seperti ini di seluruh Indonesia. Ini bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi tanggung jawab kemanusiaan,” kata dr. Johan. (Haris)