BMKG Rilis Cuaca di Wilayah III Cirebon tak Menentu

CIREBON (CT) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis data prakiraan cuaca hari, Senin (18/01) ini, untuk lima daerah atau biasa disebut wilayah 3 Cirebon, akan mengalami hujan ringan, dengan suhu berbeda-beda, Minggu (18/01).

Forecaster BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyin menerangkan untuk suhu yang paling tinggi dari di lima daerah tersebut, yakni Kabupaten Indramayu dengan suhu 25-35 derajat celcius, yang paling rendah suhunya, adalah Kabupaten Kuningan, dengan suhu 22-33 derajat celcius.

Sementara suasana yang dianggap masih belum menentu tersebut, bagi para petani di Pulau Jawa, khususnya di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya masih akan kesulitan air, walaupun sudah memasuki musim penghujan. Hal itu disebabkan oleh badai El Nino yang mengakibatkan intensitas curah hujan dan rutinitas turunnya hujan di bawah normal.

Fenomena alam tersebut, diprediksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan berakhir pada Bulan Mei mendatang.

“Januari sampai Februari nanti, El Nino masih dengan intensitas kuat. Hal ini mengakibatkan jumlah kejadian hari hujannya dibawah normal, atau berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Bulan Maret sampai April, El Nino dengan intensitas Sedang, dan Bulan Mei, El Nino intensitasnya lemah,” terang Ahmad Faa Izyin, Forecaster BMKG Jatiwangi kepada CT.

Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan, dampak dari El Nino ini, yakni akan mengurangi ketersediaan air tanah, dan hal inilah yang meyebabkan kekeringan. “Khususnya bagi petani yg mengandalkan air hujan atau tadah hujan akan merasakan dampaknya,” jelasnya.

Perlu diketahui, El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut, yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik, sekitar equator khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar Pantai Peru).

BACA JUGA:  Unit Satnarkoba Polres Cirebon Gulung Enam Tersangka Sindikat Pengedar Sabu dan Ganja

Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung. Maka, penyimpangan kondisi laut ini, menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer, yang pada akhirnya berakibat terjadinya penyimpangan iklim atau anomali iklim.

Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia (pasifik equator bagian barat), umumnya hangat, hal itu karena proses penguapan mudah terjadi, dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Namun, ketika fenomena El Nino terjadi, saat suhu permukaan laut di pasifik equator bagian tengah, dan timur menghangat, justru perairan sekitar Indonesia, umumnya mengalami penurunan suhu atau menyimpang dari biasanya.

Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara, yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan. Khususnya di Indonesia, yakni dibagian selatan, sehingga intensitas curah hujan berkurang atau dibawah normal. (Riky Sonia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *