INDRAMAYU (CT) – Keinginan pemerintah Indramayu membangun pelabuhan Internasional yang berlokasi di Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu dipastikan mengancam sebanyak 70 persen warga desa setempat kehilangan usaha atau profesinya.
Kuwu Cemara Kulon, Rusyanto mengatakan pembangunan pelabuhan, baik pelabuhan utama maupun pelabuhan logistik, membawa sisi baik dan buruk bagi warga.
“Sisi baiknya, Desa Cemara Kulon menjadi ramai, banyak yang berkunjung untuk jalan-jalan sekadar memancing, berburu burung dan lain-lain,” ungkap Rusyanto.
Sedangkan sisi buruknya, kata dia berdasarkan jumlah warga Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang sekitar 4.000 jiwa, kehilangan pekerjaannya. Menurutnya, sebagian besar berprofesi sebagai petambak dan nelayan berperahu kecil.
“Sebanyak 40 persen petambak, 30 persen nelayan, dan sisanya petani garam, peternak, buruh kasar, pedagang, dan lain-lain,” katanya, Jum’at (08/01).
Dia menjelaskan, luas wilayah Desa Cemara Kulon hanya sebesar 1.700 hektar. Dari jumlah tersebut, petambak lebih banyak memberdayakan lahan Perhutani seluas 1.500 hektar, sedangkan tambak/empang lahan milik warga kurang dari 100 hektar.
“Jadi, kalau pelabuhan ini jadi dibangun, selain lahan tambak akan habis, pantai pun tidak bisa dijadikan tempat bersandar perahu nelayan,” ucapnya.
Rusyanto mengungkapkan masyarakat berharap adanya ganti rugi jika pelabuhan tersebut dibangun. Selain itu, warga pun menuntut agar dipekerjakan di pelabuhan.
“Warga sudah menuntut ke saya agar nanti dapat ganti rugi dan dipekerjakan di pelabuhan,” tuturnya.
Dia menuturkan tuntutan warga cukup beralasan dan wajar lantaran selama turun-temurun mata pencaharian mereka bergantung pada tambak dan laut. “Saya akan perjuangkan itu untuk memberdayakan masyarakat. Kalau tidak, bagaimana pertanggungjawaban saya sebagai kuwu kepada masyarakat,” ujarnya. (Dwi Ayu)