Ilustrasi
CIREBON (CT) – Sebuah penelitian baru memperingatkan bahwa kaum wanita berisiko memiliki kehamilan yang tidak direncanakan jika menggantikan konsepsi tradisional dan menggunakan aplikasi siklus menstruasi.
Aplikasi kesuburan pada awalnya dirancang untuk membantu pasangan yang sedang berusaha untuk hamil. Melalui aplikasi tersebut, sang perempuan mendapat informasi apakah tingkat kesuburan mereka sudah pada puncaknya atau belum.
Biasanya, aplikasi kesuburan mengandalkan tanggal menstruasi, catatan suhu tubuh, dan beberapa gejala lain untuk menunjukkan kesuburan.
Namun, alih-alih menggunakan untuk meningkatkan peluang kehamilan, banyak wanita yang menggunakan aplikasi malah sebagai bentuk menghindari penggunaan kontrasepsi.
Penelitian dari Sekolah Kedokteran Georgetown University mengulas hampir 100 aplikasi kesuburan untuk menguji seberapa andal dan kuatnya metodologi ilmiah yang digunakan.
Mereka menemukan bahwa banyak aplikasi bergantung pada metode dasar mengenai kesadaran akan kesuburan, yang kemudian dianggap tidak cukup untuk menghindari kehamilan karena tidak dibuat dengan penelitian berdasarkan metodologi dan bukti yang cukup.
Pemimpin riset Marguerite Duane mengatakan, aplikasi smartphone meningkat popularitasnya karena semakin banyak wanita yang tertarik menggunakan metode secara alamiah dan meggunakan metode kesadaran akan kesuburan dalam merencanakan keluarga, hanya karena mereka ingin merasa memiliki pengetahuan yang lebih besar tentang tubuh mereka sendiri. (Net/CT)