Milenial Cinta Tanah Air

  • Bagikan

Oleh: Lulu Nugroho
(Muslimah penulis dan pengemban dakwah)

Masih lekat dengan hiruk pikuk Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Meski di tengah pandemi, kecintaan pada bumi pertiwi tidak boleh pudar, demi menopang tubuh renta sang ibu yang semakin rapuh, akibat menanggung beban derita bangsa yang kian hari kian menggurita.

Sejalan dengan hal tersebut, untuk menjaga tanah air, keinginan memasukkan pendidikan militer di kampus terungkap saat Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono memeringati HUT ke-75 RI. (Tirto.id, 18/8/2020)

Lebih lanjut Kementerian Pertahanan (Kemhan) tengah menjajaki kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) agar para mahasiswa ikut Program Bela Negara. Salah satu program merekrut Komponen cadangan alias Komcad, yaitu sebuah program satu semester.

Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) menyebut Komcad adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan Komponen utama, yaitu TNI.

Diharapkan milenial akan cinta tanah air tatkala bergabung ke sana. Akan tetapi, pada pasal 17 ditulis bahwa komponen pendukung itu bersifat sukarela. Pasal 28 pun menyebutkan hal yang sama. Maka Komcad jelas bukanlah wajib militer.

Sayangnya, wacana ini menuai banyak kritikan. Pasalnya, tidak hanya tentara yang cinta pada tanah air, seluruh lapisan masyarakat pun merasakan hal yang sama. Apalagi ketika menyaksikan kerusakan yang berkelindan di tengah umat, tak pelak mendorong anak-anak bangsa bergerak menyuarakan perbaikan.

Hal ini juga merupakan salah satu bentuk kecintaan terhadap tanah tumpah darah. Tidak harus dengan mengangkat senjata untuk menunjukkan cinta, namun menghilangkan berbagai kemudaratan pun merupakan bukti sebuah bangsa yang berkhidmat.

BACA JUGA:  Pramuka Majalengka Bagikan Makan Siang Gratis untuk Paramedis dan Tukang Ojek

Apalagi derasnya arus informasi melalui media sosial, menjadikan milenial mudah mengakses fakta kekinian, hingga mereka semakin peduli terhadap kondisi umat. Inilah kebaikan yang seharusnya ada di dalam kepribadian anak-anak bangsa. Tidak hanya kreatif dan inovatif, tapi juga berpihak pada kebenaran yang hakiki.

Oleh sebab itu, yang mutlak dibutuhkan bagi seluruh bangsa Indonesia adalah penanaman akidah. Memantapkannya hingga menjadi asas pemikiran dan perasaan. Kemudian menjadikannya sebagai tolok ukur dan memberi nilai yang tepat pada setiap perbuatan. Akidahlah yang akan menjadi mekanisme kontrol, menegakkan nilai-nilai luhur di tengah umat.

Sebab ancaman yang mengoyak tubuh bumi pertiwi, tidak hanya datang melalui penjajah dengan bedil dan mesiunya. Akan tetapi juga dalam bentuk paham kebebasan, eksploitasi kekayaan alam, kemiskinan, korupsi, kelaparan dan berbagai bentuk pembodohan umat.

Masalah internal seperti penegakan hukum yang buruk, pengabaian terhadap hak-hak umat dan penyalahgunaan wewenang turut andil merusak keutuhan bangsa. Hal inilah yang harus diperbaiki. Kerusakan yang terus menggerogoti tubuh bangsa ini, harus dilenyapkan.

Karenanya tidak hanya millenial, penancapan akidah yang kuat mutlak diperlukan dari mulai pucuk pimpinan hingga masyarakat akar rumput. Melalui akidah yang sahih, dengan sendirinya akan lahir berbagai keputusan baik yang akan menjaga tanah tumpah darah, Indonesia. Bahkan tidak hanya itu, dalam skala yang lebih besar, generasi muda pun siap menjadi agen kebangkitan umat. Wallahu ‘alam. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *