Batok Kepala Bolong Usai Disengat Listrik

Citrust.id – Sartono, warga Dusun Pasir Tengah, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, mengalami kecelakaan tersengat listrik empat tahun silam.

Akibat peristiwa itu, terdapat bekas luka hampir di seluruh bagian tubuhnya. Batok kepalanya pun berlubang yang membuat dirinya hampir setiap hari harus menahan sakit. Bahkan, sejak dua tahun lalu, dirinya harus kehilangan penglihatan.

Usai mengalami kecelakaan, Sartono mengaku diusir oleh istrinya. Ia kini tinggal di sebuah rumah tidak layak huni milik kerabat jauhnya bersama ibunya yang sudah tua renta dan lumpuh.

“Saya dulu tinggal di Silebu di tempat istri. Saya gak tahu kenapa setelah kecelakaan itu, saya disuruh pulang oleh istri saya. Padahal saya tidak ribut apalagi berantem. Rumah tangga saya baik-baik saja,” ungkap Sartono.

Dalam ketidakberdayannya, Sartono harus mengurus ibunya. Mulai memasak nasi hingga menyiapkan makan harus ia lakukan setiap hari. Tongkat ala kadarnya menjadi alat bantu Sartono untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Meski memiliki saudara kandung, Sartono mengaku saudaranya itu tak mau menerima dia. Untuk makan sehari-hari, Sartono dan ibunya hanya mengandalkan belas kasihan orang lain, terutama tetangganya. Para tetangga hanya bisa membantu sekedarnya.

Jika tak ada lauk pauk, Sartono dan ibunya hanya makan dengan garam. Bahkan tak jarang hanya nasi saja. Sempat ia dan ibunya tidak makan nasi selama tiga hari karena tidak memiliki beras. Beruntung, ada kerabatnya yang memberi singkong untuk sekedar penunda lapar.

“Pernah saya tidak makan nasi selama tiga hari karena tidak ada beras. Mau minta ke tetangga malu. Setelah tiga hari saya tidak kuat. Perut saya perih. Jadi saya terpaksa minta bantuan tetangga baru bisa makan,” ujar Sartono sambil menitikkan air mata.

BACA JUGA:  Saat Memasang Tenda, Pekerja Ini Tewas Tersengat Listrik

Pengurus RT dan RW sudah sering berupaya membantu Sartono dengan mengajukan kepada pemerintah desa. Mereka mengaku selalu tidak pernah ada tanggapan positif dari pihak aparat desa.

“Kami sudah sering mengajukan bantuan untuk Sartono ke pemerintah desa, tapi tidak pernah ditanggapi,” ungkap Uus, Ketua RW 01.

Sempat dalam waktu lima bulan pemerintah desa memberikan bantuan beras. Namun, sejak 2 bulan lalu bantuan terhenti. Saat dikonfirmasi, bantuan untuk Sartono bukan dihentikan melainkan ada keterlambatan dalam pendistribusian dari pusat.

“Bukan dihentikan, tapi ada keterlambatan penyaluran dari pusat,” ungkap Jahidi, Kaur Kesra Desa Karangkamulyan. (Ipay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *