Perbedaan Menteri Susi dan Nelayan Tentang Alat Tangkap Cengkrang

Citrust.id – Perbedaan antara Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan para nelayan berkiatan dengan alat tangkap cengkrang banyak menuai perbedaan pemahaman karena berbicara persoalan untung dan rugi.

Dalam kunjungannya Menteri Susi ke Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung Rembang menyatakan bahwa alat cengkrang penangkapannya merugikan nelayan karena banyak hasil tangkapan yang terbuang dan tidak ramah lingkungan.””Setiap kali nangkap, kapal 70 GT 100 GT cantrang itu, yang dibuangnya setiap melaut minimal 1 kwintal sampai 5 kwintal sampai 1 ton dibuang. Bayangin di Rembang saja ada 200 lebih kapal kalikan misalnya 200 kilogram 1 kapal saja yang dibuang, itu sudah ada 40 ton satu hari,” katanya (13/02/2018) dilansir Kompas.

Lanjutya lagi, Seluruh pantura Jawa kurang lebih nanti mungkin sampai 1.000-an kalau yang gede – gede 100 GT, 1 ton sampai 1,5 ton 1 kali tangkap yang dibuang setiap hari. Kalau 100 kapal kali 0,5 ton ada 500 ton. Serem! Kita buangin ikan segitu, berapa duitnya kalau 500 ton itu.

Akan tetapi berbeda pemahaman dengan nelayan, salah satunya adalah Triono yang menyatakan, alat tangkap ikan selain cengkrang merugikan nelayan karena antara tangkapan dan alat yang tidak menggunakan cengkrang sangat mahal sehingga antara pendapatan dengan penyediaan alat tidak berbanding lurus.”Kalau harus mengganti kapal pakai jaring gillnet, harus modal sekitar Rp 500 juta sampai Rp 700 juta. Sedangkan hasil tangkapanya tidak sebanding dengan itu, kemarin saja ada yang pakai itu, cuma dapat 2 ekor saja, kan enggak masuk akal. Kalau kemudian pemerintah menyiapkan alatnya, tentu akan ketemu prosesnya”, katanya dengan tersenyum./sw

BACA JUGA:  Psikolog: Musik Merupakan Aplikasi Perasaan Manusia Lewat Suara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *