Cirebontrust.com – Bakal calon bupati Cirebon dari partai Gerindra, Nasihin Masha, mulai bergerilya sosialisasi ke masyarakat. Pada hari ini, Rabu (19/07) Nasihin menemui sejumlah petani garam di Kabupaten Cirebon.
Dia menemui petani garam bertujuan untuk mewujudkan kemajuan ekonomi desa termasuk para petani garam. Menurut Nasihin, potensi Kabupaten Cirebon sebagai sentra penghasil garam masih belum bisa dimaksimalkan.
“Cirebon adalah salah satu penghasil garam yang besar di Indonesia. Namun banyak yang belum menyadarinya, sehingga kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah,” kata Nasihin.
Nasihin menambahkan, dirinya menemui petani garam untuk mewujudkan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan desa ekonomi.
Hal itu menurutnya merupakan jalan terbaik untuk memajukan Kabupaten Cirebon dan mensejahterakan masyarakat Kabupaten Cirebon.
“Ini merupakan jalan sejati untuk mewujudkan keadilan sosial dan pemerataan ekonomi,” terangnya.
Garam, menurut Nasihin, merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat sehingga akan terus dibutuhkan.
Dengan demikian menurutnya garam merupakan barang yang bernilai ekonomi yang baik. Namun Nasihin menyayangkan kenyataan Indonesia yang masih menjadi importir garam.
“Hal itu tentu menghabiskan devisa negara. Untuk itu, Kabupaten Cirebon bertekad untuk berkontribusi lebih optimal dalam masalah garam. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh pemerintah daerah untuk petani garam,” jelasnya.
Pertama, kata dia, meningkatkan produksi garam. Kedua, menaikkan pendapatan petani garam. Ketiga, menguatkan nilai tambah produk petani garam melalui berbagai bantuan yang bisa diberikan.
Serta keempat, memberikan keterampilan lain kepada petani garam agar bisa memiliki pendapatan di saat musim hujan,” ungkapnya.
Menurutnya, petani garam mengeluhkan harga yang tidak stabil dan penentuan standar kualitas yang tidak menguntungkan mereka. Harga bisa jatuh ke Rp300/kg. Namun lebih sering pada angka Rp600/per kg.
Saat ini harga sedang bagus karena bisa di atas Rp2.500/kg. Namun produksi garam sangat rendah karena cuaca yang tidak mendukung.
“Petani garam pernah terpukul oleh impor garam besar-besaran dari Australia. Petani garam juga mengaku hanya bisa berproduksi 3-4 bulan dalam satu tahun. Sehingga mereka harus memiliki pendapatan di bulan-bulan lainnya,” tandasnya.
Untuk itu, katanya mereka sangat membutuhkan pertolongan dari pemerintah, agar garam di gudang tak dilepas dengan harga murah akibat mereka tak punya uang. (Iskandar)