Oleh Suteja ibnu Pakar
PENGENALAN Kyai Anas terhadap Tarikat Tijaniyah, dilakukannya pada saat beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1924. Kepergiannya ini menuruti anjuran kakaknya, Kyai Abbas yang terlebih dahulu berjumpa dengan Syaikh Ali tetapi beliau tidak mengambil bai’at Tarikat Tijaniyah tersebut, meskipun beliau sudah menyenangi tarikat ini. Hal ini disebabkan tanggung jawab beliau sebagai mursyid Tarikat Syathariyah di pesantrennya.
Kyai Anas bermukim kurang lebih 3 tahun di Makkah dan mempelajari dengan seksama kitab-kita pegangan Tarikat Tajaniyah seperti Jawahir al-Ma’ani, Rimah, Bughyat al-Mustafid langsung dari Syaikh Alfa Hasyim. Bai’at tarikat pun dilakukan Kyai Anas kepada Syaikh Alfa Hasyim, selain kemudian mengambil bai’at lagi dari Syaikh Ali al-Thayyib.
Untuk menyebarluaskan Tarikat Tijaniyah, Kyai Anas melakukan bai’at terhadap Kyai Hawi, Kyai Muhammad (Brebes), Kyai Bakri (Kasepuhan, Cirebon), Kyai Muhammad Rais (Cirebon), Kyai Murtadha (Buntet), Kyai Abdul Khoir, dan Kyai Shaleh (Pasawahan) menjadi muqaddam. Selanjutnya melalui Kyai Hawi, elaborasi tarikat ini semakin menampakkan kemajuan.
Selain mengulangi bai’at yang dilakukan oleh Kyai Anas terhadap muqaddam-muqaddam baru tersebut, Kyai Abbas membai’at juga Kyai Hawi dan Kyai Shaleh, kemudian Kyai Badruzzaman (Garut) dan Kyai Ustman Dhamiri (Cimahi, Bandung). Setelah itu, Kyai Abbas dan Kyai Anas mengulangi bai’at kepada Syaikh Ali saat beliau berkunjung ke Bogor pada tahun 1937.
Dalam Tarikat Tijaniyah dikenal istilah muqaddam min muqaddam. Artinya, seorang ikhwan Tijaniyah bisa melakukan bai’at lebih dari sekali kepada muqaddam lainnya dengan alasan ketakwaan, senioritas usia, ataupun disiplin ilmu yang dimiliki muqaddam senior tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa Kyai Anas melakukan baiat tarikatnya dua kali yaitu dari Syaikh Alfa Hasyim di Madinah dan dari Syaikh Ali al-Thayyib, murid dari Syaikh Alfa Hasyim ketika beliau datang ke Indonesia tahun 1937.
Genealogi spiritual Kyai Anas dalam Tarikat Tijaniyah dapat disusun sebagai berikut: Rangkaian penerimaan melalui Syaikh Muhammad Alfa Hasyim yaitu: Kyai Anas dari Muhammad Alfa Hasyim dari Syaikh al-Hajj al-Sa’id dari Syaikh Amr bin Sa’id al-Futi dari Muhammad al-Ghala dari Ahmad al-Tijani dari Rasulullah SAW. Bai’at kedua dilakukan oleh Kyai Anas melalui Syaikh Ali al-Thayyob al-Madani al-Azhari dari dua muqaddam, yaitu dari Syaikh Adam ibn Muhammad Sa’id al-Barnawi dan Syaikh Muhammad Alfa Hasyim dari Ahmad al-Bani Al-Fasi dari Muhammad Ibn Qosim al-Bishri dan Muhammad al-Ghala dari Ahmad al-Tjani dari Rasulullah SAW.
Menurut seorang muqoddam Tarekat Tijaniyah di Pesantren Buntet, KH Abdullah Syifa, pengenalan dan perkembangan tarekat ini di pesantrennya hampir sama dengan awal pengembangan pondok pesantrennya. Dua orang dari kalangan pesantrennya menjadi orang pertama yang mengambil ijazah tarekat ini, keduanya yakni Kiai Anas dan Kiai Akyas.
Kiai Anas mengambil ijazah tarekat ini kepada Syekh Ali Thoyib al-Madani secara langsung di kota kelahiran Syekh Ali Thoyib yakni Madinah. Beberapa tahun kemudian adiknya, Kiai Akyas (ayahanda Kiai Abdullah Syifa) mengambil ijazah tarekat yang sama kepada syekh yang sama di daerah Garut Jawa Barat.
Diceritakan Kiai Syifa saat diwawancara di rumahnya di Kompleks Pesantren Buntet, saat Kiai Anas hendak berangkat ke Kota Mekkah dan Madinah sekitar tahun 1942-an ia diminta oleh kakaknya, Kyai Abas untuk mengambil ijazah Tarekat Tijaniyah kepada Syek Ali Thoyib al-Madani. Maka sepulang dari menunaikan ibadah haji itu, Kiai Anas menjadi salah satu muqoddam Tarekat Tijaniyah di Indonesia. []