Oleh DADANG KUSNANDAR
JAJANAN pasar Cirebon dikenal variatif. Dari yang mengandung karbOhidrat hingga kaya protein atau glukosa, dengan mudah didapat.
Variasi jajanan pasar itu sukses mengundang kerumunan konsumen. Tentu saja pedagang dan pembeli sama-sama merasa diuntungkan. Transaksi yang berlangsung merupakan siklus ekomoni sehari-hari bagi kelangsungan mata rantai yang tiada putus.
Jika melintas Jalan Satria Kesambi, di ujung jalan yang makin ramai itu Anda akan berjumpa dengan Mang Panan. Lelaki 65 tahun yang berjualan es cuwing di atas trotoar.
“Sudah 40-an tahun saya berjualan cuwing di sini”, papar kakek empat cucu itu.
Mengontel sepeda kumbang dengan cat berwarna kusam, hingga warna dasar hitamnya terkupas, dari Desa Astapada Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon, tiap hari ia mengais rejeki ilahi.
Sepeda tua itu disandarkan di pagar lalu membuka lapak jualannya. Pikulan dan semua peralatan dagang digelar. Mulailah Mang Panan menjual es cuwingnya.
Es batu dengan gusrukan kayu, gula merah cair, santan, cendol dan cuwing telah diolah sebelum berangkat ke lokasi tempatnya mengais rejeki. Peralatan dagang sederhana yang makin jarang terjumpa itu menjadi ciri perniagaan konvensional.
Pelanggan es cuwing Mang Papan cukup banyak. Ada yang berkendaraan mobIl, motor, sepeda, bahkan pelajar yang turun dari angkot. Tidak sedikit pula yang sengaja datang hendak menikmati es cuwingnya.
Sebuah bangku kayu panjang tersedia (entah milik siapa) dan makin asik untuk Anda menikmati es cuwingnya. Bila sang surya memancarkan sinarnya dengan garang, es cuwing Mang Panan makin menggoda.
“Alhamdulillah kula duwe umah. Bagen blesak get dake dewek. Maksi anggo semen kapur, dudu beton,” ungkapnya ketika ditanya kondisi rumahnya.
Konon lantainya pun masih menggunakan ubin alias hanya pulasan semen.
Kendati begitu ia ramah kepada siapa pun. Kerap menyapa siapa saja yang dikenalnya serta tidak kalkulatif menyoal harga jual es cuwingnya.
Mematok harga Rp3 ribu per mangkuk, ia melayani pembelian seharga dua ribu rupiah. Tak jarang ia memberi seporsi es cuwingnya kepada orang yang tergiur namun tidak memiliki uang sepeser pun.
Pendapatan bersih per hari yang diperoleh fluktuatif di angka Rp100 ribu hingga Rp 200 ribu. Dengan pendapatan itu ia meneruskan hidupnya dan hidup keluarganya. Juga untuk cucu pertamanya yang masih kelas 5 sekolah dasar.
Di atas keberbagaian itulah Mang Panan menjalani kesehariannya. Kesederhanaan dan kesediaan berbagi dengan sesama adalah kekuatan tersembunyi yang mengalir di tubuh rentanya. []