Selamat dari Semeru, Begini Cara Dua Pendaki Asal Cirebon Bertahan Hidup

  • Bagikan

CIREBON (CT) – Kepulangan dua pendaki asal Cirebon ke kediamannya masing-masing, yang sebelumnya dikabarkan hilang dan tersesat di gunung Semeru, disambut isak tangis dan ucap syukur oleh pihak keluarga, Kamis (26/05).

Diketahui, keduanya ditemukan oleh Tim gabungan dari Basarnas Pos Jember dan TRC Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Lumajang sekitar pukul 16.05 WIB pada Selasa lalu (24/05), dalam kondisi sehat di hutan Gunung Boto, kawasan Tawon Songo Lumajang, Jawa Timur.

“Keduanya ditemukan dalam waktu bersamaan, tidak ada yang saling berpisah. Alhamdulillah selamat, hanya kondisi fisiknya lemas,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang dan Jember.

Saat ditemui CT dikediamanya, salah satu pendaki Supyadi menceritakan, selama tersesat di Semeru, dirinya hanya bertahan hidup dengan memakan daun pakis dan pelepah pisang yang muda. Untuk menahan hawa dingin, dirinya membuat tenda bivak dari dedaunan, jaket, dan Api unggun.

“Rasa lapar itu datang ketika malam hari, karena hawa udara yang begitu dingin dan masih banyaknya hewan buas seperti harimau dan babi hutan, maka harus menunggu pagi dulu untuk keluar mencari makan,” ujar Supyadi

Awal mula sebelum tersesat, Supyadi menceritakan, beberapa menit setelah sampai puncak, dirinya dan Zirli langsung memutuskan untuk turun. Kondisi saat itu tertutup kabut tebal dan kepulan asap belerang nampak sudah mulai menghitam, sehingga petunjuk jalur pendakian tidak terlihat oleh mata.

Di puncak itu, lanjut Supyadi, dirinya sempat bertemu dengan rombongan pendaki asal Jakarta dan Bekasi, tapi mereka turun lebih dulu sekitar pukul 07.00 WIB. Sedangkan Supyadi dan Zirli baru sampai puncak Mahameru pukul 09.00 WIB. Sebelum mendaki memang ada peringatan oleh petugas di pos pendaftaran, “kalo zona aman di puncak mahameru itu hanya sampai pukul 10 pagi, karena jika sudah lewat dari jam 10.00 wib, akan ada kepulan asap hitam yang mengandung racun belerang dan bisa menyebabkan kematian. Untuk itu saya dan zirli memutuskan untuk turun secepatnya daripada mati di sana,” ujarnya.

BACA JUGA:  Kebaikan Minum Air Mineral di Pagi Hari

Menyadari banyak pihak yang membantu dirinya hingga bisa selamat dari bahaya, Supyadi dan keluarga mengucapkan terima kasih, khususnya pada Tim SAR dan seluruh masyarakat yang sudah turut mendoakan. (Johan)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *