Sedikit, Kecil, Lemah

Oleh Dadang Kusnandar*

PERJALANAN orang-orang besar yang mengubah jarum jam sejarah, pada mulanya sebuah kelompok kecil, sedikit, dan lemah. Kekuatan dan kesungguhan mengubah sejarah dan kemanusiaan, itulah to inspire till the end. Hingga ajal menjemput, tak terpikir sedikit pun untuk kepentingan diri.

Masyarakat, pengikut, klan yang dibela sepanjang napas jauh lebih utama dibanding kemilau dunia dan keagungan lain. Mereka, para penyeru dan penggagas kebenaran ~bahkan detak jantung pun seakan berkata: aku hanyalah seorang abdi yang diutus guna memanusiakan manusia.

Bisa diingat kembali Temujin/ Jengis Khan yang meradang mendapati pasukan nomadnya membantai anak-anak dan perempuan di daerah yang kelak dijadikannya sebuah imperium. Lelaki pendek bertubuh tambun dan berkumis kucai ini tak ingin pasukan perangnya membunuh mereka yang lemah dan tak berdaya. Di depan bara api unggun dekat kemahnya, lelaki yang dikenal
orang bengis, ternyata mampu menangis. Kesepian dan kesendirian itulah proses kontemplasi tentang kecil, sedikit, dan lemah.

Mungkin bisa ditaut lagi kesendirian Mao Ze Dong saat bicara tentang revolusi kepada lelaki tak dikenal, pendayung sampan di Sungai Hoangho. Dalam rinai gerimis sebelum Revolusi Kebudayaan RRC 1911, masih sedikit orang percaya pada sebuah kata yang menghujat: Revolusi.

Kesendirian dan kesepian di tengah ingar bingar, ternyata asik apabila dalam dada terpatri hasrat kuat untuk mengubah. Hasrat untuk mempertajam kreativitas bagi sebuah kemaslahatan. Untuk siapa? Kelak sejarah pula yang menilai, maslahat atau mudharat tentang apa yang telah diubah itu pada masanya.

Pada teks lain, Sidharta Gautama hanya ditemani pembantunya, Chana, keluar dari istana hendak melihat bentuk lain di luar kemewahan dan kemudahan. Ia kaget melihat pengemis dengan badan penuh borok menadahkan batok di sudut keramaian kampung. Lantas bertanya, “Mahluk apakah itu Chana?”. Sidharta akhirnya memilih dalam kesendirian dan sepi di bawah Bodhisatwa hingga pada Waisak yang agung itu memperoleh pencerahan. Akan tetapi Sidharta Gautama tetap merasa kecil dan sedikit sebelum ajarannya dipelajari orang lain. Fatwa pertama di taman rusa Benares kepada orang renta dan miskin, menandakan ajaran yang kelak mengubah jarum jam sejarah dunia itu tersedia bagi kaum papa dan lemah.

BACA JUGA:  Kuwu Desa Kedungwungu Akan Fasilitasi Pemakaman Azan

TIGA cerita di atas setidaknya menuturkan proses kreatif pencarian diri di tengah hiruk pikuk zaman. Teks yang saling bertaut itu tak pelak memberi makna dan termaknai. Dan hingga pada saatnya Temujin jadi begitu ditakuti raja-raja Tiongkok. Mao Ze Dong jadi ancaman dinasti Qing yang mulai pudar pada 1905. Sidharta Gautama dengan budhisme melanglang jauh menjadi kekuatan peradaban.

Tak perlu risau jikalau kita yang sedikit, lemah, dan kecil masih kurang diperhitungkan yang lain. Seijin kuasa ilahi setelah mendayagunakan segenap kemampuan diri lalu merenungi dalam kesendirian dan senyap ~tak pelak mampu mengalahkan yang besar, banyak, dan kuat. Sejarah yang terlintas dalam ingatan kita bukan sejarah yang kaku serta tak bicara apa-apa. Tapi sejarah bicara tentang metamorfosa kelompok sedikit menjadi banyak, kelompok kecil jadi besar, dan kelompok lemah jadi kuat.

Dalam suasana khawatir bahkan merasa ditinggal oleh Tuhan, rasulullah Muhammad saw gundah, betapa panjang jarak firman pertama (surat Al Alaq) ke surat kedua Al Mudatsir, orang yang berselimut. Tiga tahun paska kenabian tanpa titah ilahi kecuali IQRA cukup membuat nabi gundah gulana.

Berdasar manuskrip agama, Rasulullah Muhammad saw suka bertanya dalam diri, apa yang akan dilakukannya setelah bai`at di gua hira. Membaca perilaku masyarakat jahiliyyah sudah dilakukan sejak kecil dan remaja. Kelebihan sebagai orang pilihan Tuhan sudah banyak buktinya.

Dengan kata lain, rasul pun diuji. Ah, apalagi kita yang mungkin masih asik berpeluk dosa. Agaknya perutusan Tuhan kepada Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib ini untuk memperbaiki aklak manusia, jelas sangat tepat. Berdasar inilah perintah “Qum fa andzir” (bangkit dan berilah peringatan) tak lepas dari pentingnya perubahan perilaku masyarakat di jazirah Arabia. []

BACA JUGA:  KPAID Kabupaten Cirebon Intens Lindungi Korban Kekerasan Anak dan Perempuan

*Penulis lepas, tinggal di Cirebon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *