Citrust.id – Majelis Seni dan Tradisi (MeSTi) Cirebon siap mementaskan drama musikal macapat berjudul Nyi Murtasiyah di Gedung Kaliandra Radar Cirebon Televisi pada Rabu, 12 Desember 2018.
Dikatakan Founder MeSTi, Dedi Kampleng Setiawan, macapat merupakan karya sastra klasik kesenian tradisional Cirebon. Tapi, seiring perkembangan zaman, nyaris terlupakan.
“Sebagai ikhtiar untuk merawat dan memperkenalkannya kembali kepada generasi muda, MeSTi mementaskannya dalam bentuk Drama Musikal,” ujarnya saat tasyakuran di Padepokan Anti Galau, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Senin (3/12/2018).
Nyi Murtasiyah, lanjut Kampleng, adalah tokoh sentral yang diceritakan dalam kidung macapat Cirebon.
“Ada yang memandangnya sebagai sebuah legenda yang pernah hidup di tengah masyarakat Cirebon. Tapi, ada pula yang melihatnya sebagai gambaran tentang pertaubatan seorang anak manusia,” katanya.
Dalam macapat yang mengikisahkan perjalanan hidup Nyi Murtasiyah, lanjut Kampleng, banyak sekali metafor yang membutuhkan penafsiran lebih dalam.
“Walaupun ceritanya sendiri mengaduk emosi dan bisa bikin kita meleleh, tapi makna sesungguhnya yang lebih luas justru berada di balik metafor-metafor yang terbungkus di dalamnya. Di sanalah kita akan menemukan sebuah perjalanan spiritual seorang anak manusia yang terlempar, jatuh, tertatih-tatih, sampai akhirnya menemukan kembali jati dirinya, sebagai prasyarat untuk dapat mengenal Tuhannya,” paparnya.
Alur ceritanya dibangun dari sebuah metafor, berupa 7 helai rambut yang terpaksa dipotong dan dibakar untuk menerangi kegelapan dalam kehidupan rumah tangga. Dari 7 helai rambut itulah perjalanan spiritual dimulai.
Kampleng mengatakan, macapat Cirebon Nyi Murtasiyah akan berkolaborasi dengan berbagai aktivitas seni kekinian./uyung
Komentar