Ini yang Harus Dilakukan Partai Islam Agar Unggul di Pemilu 2019

JAKARTA (CT) – Partai-partai Islam berpeluang besar unggul di pertarungan Pemilu 2019 asal mau berubah memperbaiki diri, termasuk serius dan solid dalam hal kaderisasi partai serta responsif terhadap problem real yang dihadapi rakyat.

Hal itu mengemuka dalam Simposium dan Pertemuan Mahasiswa Ilmu Politik Se-Jabodetabek dengan tema “Menakar Eksistensi Partai Islam di Indonesia Pasca Orde Baru” yang digelar di Auditorium FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan itu hadir sebagai pembicara KH. Maman Imanulhaq (PKB), M. Ali Taher (PAN), H. Muhamad Arwani Thomafi (PPP), dan Musthafa Kamal (PKS).

Politisi PKB, KH. Maman Imanulhaq menyebut tantangan besar yang dihadapi Parpol Islam saat ini adalah terkikisnya kepercayaan publik pada Parpol. Namun Maman optimis degradasi itu mampu diatasi partai Islam, dengan menjawab berbagai problem real yang dihadapi rakyat.

“Partai kami PKB kini konsen pada masalah lingkungan, kemiskinan, dan masalah lain yang dirasakan langsung oleh rakyat,” kata Maman dalam rilis yang diterima CT, Rabu (16/03).

Politisi dari Dapil Jabar IX itu juga mengingatkan agar partai Islam tidak terjebak pada Islam simbolik semata, melupakan yang substansional.

“Jangan berhenti pada simbol dan gagal pada substansional. Jihad politik partai Islam adalah memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks luas: penegakan HAM ala Islam, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pelestarian lingkungan dan alam, serta isu-isu humanis lainnya”, beber Maman.

Nada optimisme akan eksistensi Partai Islam diungkapkan pula oleh Politisi PAN, M. Ali Taher. Kenaikan signifikan suara PAN di Pemilu 2014 adalah bukti jika partai Islam masih layak diperhitungkan.

“Kita sadar masing-masing punya basis militan. PAN-Muhamadiyah, PKB-NU. Tapi yang penting kita bicara soal rakyat. Pertanyaan siapa yang kasih obat jika sakit. Siapa yang mau bayar biaya sekolah, siapa yang kasih makan anak-anak kami. Itu harus dijawab Parpol Islam lewat perjuangan politik”, ungkap Politisi asal Flores itu.

Sementara, Politisi PPP, Muhamad Arwani Thomafi menyebut salah satu faktor partai Islam kurang “laku” antara lain dipicu modernisasi politik, yakni dominasi sekularisasi budaya dan rasionalisasi kepemimpinan.

“Orang dicekoki idiom kalau partai itu an sich kekuasaan. Implikasi serangan itu, politik identitas tergerus. Simbol-simbol agama tidak lagi populer”, papar Arwani Thomafi.

Kondisi itu membuat politik miskin ideologi dan ditentukan oleh determinasi pasar. “Orang tidak pernah berkhidmah di partai tapi karena disokong modal dan konsultan politik ia bisa jadi DPR atau Kepala Daerah”, ujar Politisi PPP dari kubu Rohmahurmuzi itu.

Namun, Arwani yakin partai-partai Islam akan mampu menjawab itu semua dengan kaderisasi partai yang solid serta respons cepat terhadap isu-isu strategis, semisal pengangguran dan korupsi. (Abduh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed