Ina Benga

Oleh Dadang Kusnandar
Penikmat Kesenian

Ana’laki’take  (bhs. Adonara Flores) = tidak ada keturunan laki-laki. Jika seorang perempuan belum melahirkan anak laki-laki maka ia dianggap tidak berarti. Suami bebas menyunting perempuan lain untuk memperoleh keturunan/ anak laki-laki.

Perempuan berada pada nasib yang tidak beruntung, lelaki bebas menentukan atau melampiaskan hasrat seksualnya. Menurut Martin Paun dan Abraham Waham ~pegiat Teater Nara Flores NTT~ hal ini berlangsung karena mahar yang diberikan kepada perempuan berupa gading gajah dan kambing berkualitas prima.

Mahar atau welin witi bala yang susah didapat itu menjadi alasan untuk memposisikan perempuan sebagai subordinasi. Di Flores tidak ada gajah tetapi warga Flores yakin bahwa mahar itu gading gajah asli. Di rumah-rumah adat Flores bahkan ada yang menyimpan 12 buah gading gajah.

Harga mahar yang mahal itu bertingkat, semakin tinggi derajat perempuan semakin banyak jumlah gading gajah yang disyaratkan. Konon ada bangsawan yang memperoleh 7 gading gajah pada perkawinannya.

Bagaimanakah grup teater merepresentasikan  lakon ana’laki’take? Teater Nara Flores akan menampilkan ‘ana laki’take di Festival Teater Cirebon 3 di GK Nyi Mas Rarasantang Cirebon pada Jum’at 6 April 2017.

Pentasnya bertajuk Ina Benga (Mama Benga) yang berangkat dari ana’laki’take. Mama Benga adalah perempuan korban tradisi itu. Dimainkan oleh 7 (tujuh) pemain dengan sutradara John da Silva. Peran Ina Benga dimainkan oleh Magdalena Eda Tukan (24).

Abraham berperan sebagai bapak kandung Ina sementara Martin sebagai tetua adat dari pihak laki-laki. Keduanya berpihak pada tradisi.

Pemberontakan yang dilakukan Ina Benga hanya pulang ke rumah orang tuanya. Namun orang tuanya menyarankan Ina agar kembali ke rumah suaminya.

“Terimalah nasibmu nak, apa adanya, karena tradisi kita memang begitu”, ujar ibunya.

BACA JUGA:  Bupati Sambut Jemaah Haji Kuningan

Meski sudah berkurang, ana’laki’take belum punah di Flores. Dengan kata lain jika perempuan Flores menyaksikan pentas ini dapat dipastikan mereka akan menangis meratapi nasibnya.

Bukan soal harga gading gajah sepanjang satu meter saat ini saja yang mencapai Rp 40 juta melainkan perlakuan laki-laki terhadap perempuan yang mesti diubah.

Beruntung, isu kesetaraan gender telah merambah ke Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *