Gemeente Cheribon Masa Kolonial Belanda (2) – Pendirian RS “Oranye” dan Pamitran

Oleh: Nurdin M Noer*

SELAMA delapan tahun pengoperasian rumah sakit ini. Gemeente harus mengeluarkan subsidi sebesar f 110.000. Hal ini terjadi karena pasien yang menempati kelas empat, yang mampu menampung pasien paling banyak tidak dikenakan biaya. Jumlah pasien kelas ini tiap tahun terus meningkat seiring dengan meningkatkatnya kepercayaan penduduk pribumi terhadap sarana kesehatan Belanda. Dari tahun 1922 sampai 1929 jumlah pasien kelas ini Cuma-Cuma bertambah lebih dari 100 persen (Adin Imaduddin Nur dalam Pemerintahan Kota Cirebon 1906 – 1942, Tesis Zaenal Masduqi, 2010).

Jumlah dokter yang saat itu bekerja pada Jawatan Kesehatan Rakyat Cirebon, hanya tujuh orang saja. Mereka adalah yang dengan keyakinan, bahwa tugas yang suci ini, yaitu menolong dan meringankan nasib rakyat yang ada dalam kesakitan dan menderita harus dipenuhi (Ruslan Atmohoesodo, Perkembangan Kesehatan Kota Tjirebon 1950 dalam Buku Peringatan 50 Tahun Kota Besar Tjirebon, 1956).

Menurut Ruslan Atmohoesodo, tujuh orang dokter itu adalah :

1. Dr. Ruslan Atmohoesodo, sebagai fd. Residentie Art, merangkap dokter penguji tersendiri (Allen Keurend Geneesheer) untuk seluruh Karesidenan Cirebon.
2. Dr. Moh. Toha, sebagai pemimpin R.S. Kesambi.
3. Dr. M Soetomo Joedosepoetro, sebagai pemimpin R.S. Pamitran.
4. Dr. R. Soegiono Poerbokoesoemo, sebagai pemimpin Poliklinik Kejaksan.
5. Dr. Hadi, sebagai pemimpin Poliklinik Cangkol.
6. Dr. The Tjoe Pie, sebagai dokter R.S. Kesambi dan
7. Dr. Tong Siang Beng, ahli paru-paru di R.S. Kesambi.

Sedangkan dokter-dokter partikulir yang ada dalam kota, ialah :
1. Dr. Tan Boen King.
2. Dr. Loo Siauw Jong.
3. Dr. Soepangat.
4. Dr. Thio Swi Lam.
5. Dr. Liem Biauw Sien dan
6. Dr. Kwee Oen Tjwan (dokter gigi).

Sedangkan jumlah rumah sakit di Kota Cirebon dan poliklinik hanya ada dua buah, yaitu R.S. Kesambi dan R.S. Pamitran dan empat poliklinik, masing-masing:
1. Poliklinik R.S. Kesambi.
2. Poliklinik R.S. Pamitran.
3. Poliklinik Kejaksan dan
4. Poliklinik Cangkol.

Ruslan juga mencatat, dalam bulan Oktober 1916 di Kota Cirebon telah didirikan perkumpulan “Pamitran” singkatan dari Perkumpulan Akan Menolong Ibu Terus Rawat Anak Nusunya, yang bermaksud memberi pertolongan perawatan kepada ibu yang bersalin dan pada anak yang nusunya (disusuinya, pen). Untuk memenuhi kewajibannya, maka didirikan sebuah rumah tempat bersalin (Doorgangshuis voor Kraamvrouwen) yang disebut masyarakat “Rumah Sakit Pamitran” (ibid).

*Penulis adalah pemerhati kebudayaan lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *