MAJALENGKA (CT) – Saat ini adalah era mencipta atau era konseptual pasca era pertanian, industri dan informasi yang pendorongnya dari pasca era tersebut adalah dengan kreatif atau kreativitas yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kreativitas atau indutri kreatif.
Hal tersebut dikatakan Hery Suhersono pencipta dan pengusaha batik Majalengka, Minggu (28/9).
Menurutnya kreativitas manusia adalah sumberdaya ekonomi digerakan oleh kapitalisasi kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk dan jasa yang mengandung nilai-nilai penuh kreativitas.
Hery menyebutkan, ekonomi kreatif atau industry kreatif yaitu sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang serta jasa yang bernilai cultural, artistic, estetika, intelektual dan emosional, rasa, selera bagi para pelanggan di pasar.
“Agar bisa bersaing para pelaku industry kreatif khususnya Batik harus bercermin pada sejarah, selalu menciptakan gaya, berpola piker maju dan positif, berani beresiko dan bertanggungjawab, percaya diri dengan konsep yang jelas serta melakukan tindakan yang seimbang antara akal dan iman, saya melihat masih kurang pelaku industri kreatif di Majalengka apabila dibandingkan kota besar seperti Bandung, Cirebon padahal kalau ditekuni, industri kreatif mempunyai peluang untuk berkembang pesat,” tandasnya, Minggu (28/9).
Pria pencipta Batik Majalengka ini mengatakan, Batik Majalengka memiliki aneka ragam motif yang diangkat dari khasanah flora dan fauna, membuatnya memiliki keunikannya tersendiri dibandingkan dengan batik-batik lainnya di Nusantara. Ada empat motif batik Majalengka yang terkenal, yakni Gedong Gincu, Lauk Ngibing, Kota Angin, dan Nyi Rambut Kasih.
Ia mengungkapkan guna melestarikan warisan budaya tersebut, bertempat di workshopnya di Desa Enggalwangi Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka ia memberikan pelatihan batik tulis kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnnya. Mereka dilatih untuk membatik tulis dan membuat seni border kain.
“Tujuannya untuk melestarikan batik sebagai budaya asli Indonesia. Kami juga membekali siswa-siswi dengan seni membatik, sebagai generasi penerus,” kata Hery.
Para pelajar terlihat tekun membuat pola batik di sebuah sanggar batik lukis tempat tinggal Hery. Para siswa diberi kebebasan membuat pola bunga, binatang, pemandangan alam, pegunungan, maupun bentuk karikatur lainnya.
Setelah pola terbentuk, dengan bimbingannya kemudian mereka diajari cara melukis secara benar, menggunakan lilin batik atau malam. Proses selanjutnyatentang cara pewarnaan menggunakan bahan-bahan kimia.
“Pewarnaan batik lukis ini memerlukan ketelitian tersendiri dan dilakukan beberapa tahapan. Setelah pewarnaan lalu dijemur menggunakan sinar matahari diakhiri tahap perebusan atau dengan menghilangkan lilin yang menempel pada kain,” jelas Herry.
Semua proses tersebut dilakukan agar menghasilkan warna yang sempurna. Pasalnya, batik lukis digunakan sebagai hiasan, sehingga nilai seninya lebih menonjol dibandingkan dengan batik lainnya.
“Batik lukis mempunyai prospek cukup bagus. Tidak hanya digemari di dalam negeri, juga diminati warga asing terutama Eropa maupun Jepang,” katanya.
Alumni STIE YPKP Bandung ini mengatakan para penggiat industry kreatif harus open minded (berpikiran terbuka-red), terus melakukan observasi, membangkitkan ide-ide, memiliki banyak alternatif terhadap suatu persoalan, serta memiliki fleksibilitas tinggi dalam pemikiran dan tindakan.
“Semoga dari Majalengka banyak melahirkan wirausahawan dengan produk kreatif unggulan UKM-UKM untuk memperluas jaringan di pasar domestik dan membangun daya saing menuju era pasar global,” ungkapnya.
Menurut dia, perkembangan industri kreatif di Indonesia khususnya Batik saat ini mulai maju pesat. Industri kreatif telah menjadi pilihan utama para calon entrepreneur untuk memulai bisnis dan mengembangkan produknya.
” Potensi-potensi industri kreatif di Majalengka sangat potensial untuk dikembangkan tergantung political good will dari pemerintah daerah,” imbuhnya. (CT-110)