Citrust.id – Organisasi lingkungan global, yang memiliki cabang di lebih dari 40 negara dengan kantor pusat di Amsterdam Belanda yaitu Greenpeace, kapal penelitiannya Artic sunrise sedang melakukan pelayaran dari jalur perairan samudera selatan dengan mengdekomuntasikan dampak perubahan iklim, polusi dan penagkapan satwa liar asli untuk mencari dukungan bagi Cagar Laut Antartika selama tiga bulan, dilansir CNN Indonesia.
Tempat berukuran 1,8 juta kilometer persegi (1,1 juta mil persegi) merupakan kawasan satwa lindung terbesar di bumi, dan menyediakan tempat yang aman untuk kehidupan laut dari penangkapan ikan industri. Kawasan ini merupakan habitat alami dari banyak paus, anjing laut, penguin dan berbagai jenis ikan dan kehidupan laut.
Seperti diketahui sebelumnya Greenpeace adalah suatu lembaga swadaya masyarakat, organisasi lingkungan global, yang memiliki cabang di lebih dari 40 negara dengan kantor pusat di Amsterdam, Belanda. Didirikan di Vancouver, British Columbia, Kanada pada 1971, pada awalnya dengan nama Don’t Make a Wave Committee untuk menghentikan percobaan nuklir yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat di Amchitka, Alaska. Para aktivis mengirimkan kapal sewaan, Phyllis Cormack, yang diubah namanya menjadi Greenpeace, ke lokasi pengujian nuklir. Mereka lalu mengadopsi nama Greenpeace menjadi nama organisas.
Greenpeace dikenal menggunakan aksi langsung tanpa kekerasan, konfrontasi damai dalam melakukan kampanye untuk menghentikan berbagai aksi perusakan lingkungan seperti pengujian nuklir, penangkapan ikan paus besar besaran,deforestasi,dansebagainya. Organisasi global ini menerima pendanaan melalui kontribusi langsung dari individu yang diperkirakan mencapai 2,8 juta para pendukung keuangan, dan juga dari yayasan amal, tetapi tidak menerima pendanaan dari pemerintah atau korporasi.
Sedangkan kapal Artic sunrise memulai kehidupan Greenpeace-nya selama kampanye Brent Spar dimana kapal ini digunakan untuk mencegah pembuangan kilang minyak ke laut. Pada tahun 1997 kapal ini melakukan perlayaran pertamanya dengan mengelilingi kepulauan James Ross di Antartika. Sebelum runtuhnya es dengan ketebalan 200 meter di kepulauan James Ross, Pelayaran ini merupakan perjalanan yang mustahil. Fenomena runtuhnya es didaerah itu merupakan salah satu dari banyak tanda perubahan iklim. Artic Sunrise melakukan dokumentasi fenomena tersebut.
Artic Sunrise kembali ke wilayah Antartika berulangkali untuk berhadapan dengan Northstar, salah satu proyek Britsih Petroleum untuk membuka pengeboran kilang minyak baru lepas pantai. Tumpahan minyak dari proyek tersebut mengancam wilayah yang rapuh ini dan turut berkontribusi pada pemanasan global. Diperairan selatan kapal ini menghalangi percobaan orang-orang Jepang yang mengenggunakan dalih penelitian pada ikan paus padahal mereka melakukan penangkapan ikan paus secara-besar-besaran di suaka ikan paus dan mengejar kapal penangkap ikan yang menangkap ikan Patogian Toothfish secara illegal sampai ke pelabuhan bajak laut di Mauritius, Iran.
Artic sunrise melakukan manuver secara langsung untuk menghentikan suatu, tapi kegagalannya adalah tidak dapat mencegah Amerika Serikat melanjutkan 2000 ujicoba sistem pertahanan peluru “Perang bintang” yang mengancam memicu perlombaan senjata nuklir. Akhirnya Artic Sunrise selamat dan dapat menceritakan cerita tersebut, serta melanjutkan pelayaran ke Argentina untuk memulai kampanye anti racun berbahaya di Amerika Latin pada tahun 1998. (diambil dari berbagai sumber) /sw