Berupaya Menguak Tragedi 1998, Komunitas Tionghoa Adakan Pertemuan

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Sepanjang Mei 1998, banyak warga sipil menjadi korban kerusuhan di ibu kota. Kala kekacauan melanda ibu kota, berbagai pertokoan dan pusat perbelanjaan jadi sasaran pembakaran. Akibatnya, para pengunjung mal terperangkap dan terpanggang di dalamnya. Sebagian besar jasad tak dapat dikenali lagi sehingga dimakamkan secara massal di Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon.

Tidak sampai di situ, pemerkosaan oleh sekelompok lelaki terjadi di sana-sini. Tercatat setidaknya 85 orang menjadi korban kekerasan seksual berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk di masa pemerintahan Habibie.

Namun jumlah itu, menurut Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK), belum mencerminkan angka yang sesungguhnya. Data TRK menunjukkan angka lebih tinggi. Menurut mereka, sepanjang Mei 1998 tercatat 152 orang menjadi korban pemerkosaan, dengan 20 orang di antaranya meninggal dunia.

Perempuan etnis Tionghoa kala itu menjadi sasaran utama aksi pemerkosaan. Menurut aktivis perempuan Andy Yentriyani, pelaku memilih dulu calon korban sebelum beraksi. Sembari berkeliling di jalanan, bus, hingga pertokoan, mereka mencari perempuan Tionghoa.

Sebelum huru-hara merebak, pada 12 Mei empat orang mahasiswa Universitas Trisakti meregang nyawa tertembak peluru dalam demonstrasi menuntut mundurnya Presiden Soeharto di kampus mereka. Elang Mulya Lesmana, Heri Hartanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie di kemudian hari dianugerahi gelar Pahlawan Reformasi.

Terkait Tragedi Mei 1998 tersebut, Dialog Indonesia Tionghoa akan membahas peristiwa itu dari tiga sudut pandang utama, yakni perempuan dan negara, Tionghoa dan nasionalisme, serta peran media dalam meliput isu perempuan.

Acara ini, menurut komunitas Tionghoa, digelar sebagai penghormatan bagi para korban Tragedi Mei 1998, dan sebagai bentuk imbauan kepada pemerintah agar tak melupakan peristiwa kelam itu, dan berupaya keras menyingkap kebenaran di baliknya.

BACA JUGA:  Kapolda Resmikan Gedung Linggar Lodaya Kuningan

Dialog atas Tragedi Mei 1998 yang akan berlangsung di Sekretariat Indonesia Tionghoa (Inti), Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/5), diinisiasi Generasi Muda Indonesia Tionghoa (Gema Inti) DKI Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanegara, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, komunitas korban Tragedi Mei 1998, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat. (Net/CT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *