CIREBON (CT) – Sebanyak 500 pengasuh pondok pesantren dan 500 santri dari Wilayah III Cirebon, mengikuti dialog pencegahan paham radikal terorisme dan ISIS, yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Pondok Pesantren Buntet, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Selasa (03/05).
Dalam sambutannya, Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir mengatakan, saat ini Islam sering sekali dijadikan sebagai justifikasi kekerasan brutal yang dilakukan oleh pelaku terorisme. Perkembangan aksi terorisme yang mulai berkembang saat ini, yaitu berusaha mendikotomi Islam dan wawasan kebangsaan.
“Sehingga pesantren kami ajak untuk berkontribusi untuk pemberantasan terorisme yang menggunakan simbol-simbol agama,” ujar Kadir.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Buntet Pesantren KH. Adib Rofiuddin menuturkan, bahwa pelaku terorisme sejatinya tidak mengerti Islam secara utuh dan sering menerjemahkan qur’an maupun hadist secara sepotong. Menurutnya, pemahaman sepotong tersebut, mengakibatkan pemahaman yang radikal.
“Sehingga mereka menerjemahkan jihad secara salah,” kata KH.Adib.
KH. Adib menyampaikan, jihad yang sebenarnya adalah jihad untuk memerangi hawa nafsu dan jihad untuk kedamaian. Adib juga mengatakan, pengasuh pondok pesantren yang ada di Wilayah III Cirebon, telah memberikan pemahaman kepada para santrinya terhadap bahaya terorisme.
“Pengasuh pondok pesantren se-wilayah III Cirebon, sudah memberikan petunjuk kepada santrinya, tentang bahaya terorisme,” tutupnya. (Riky Sonia)