CIREBON (CT) – Di usia yang sudah tidak muda lagi, Sarnen (55) warga Blok Sawah Kalong, Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, mulai menekuni beternak bebek petelur. Dengan beternak bebek petelur Sarnen berharap akan memperoleh pengasilan setiap harinya dari telur-telur yang dihasilkan dari bebek yang dipeliharanya.
Sore itu, ditemui ditempat usahanya, Sarnen terlihat masih semangat membersihkan kandang bebek yang beratapkan plastik, dengan dinding kandang bebek terbuat dari bambu yang disekat-sekat menjadi empat bagian dengan lebar 2 meter dan panjang 3 meter dan tinggi 0,5 meter. Ditempat itu, Sarnen menghabiskan hari-harinya merawat anak bebek yang baru berumur kurang dari dua bulan.
Selain memelihara bebek, Sarnen juga memiliki beberapa kolam ikan lele sekaligus untuk menampung keong mas yang diambil dari sawah-sawah yang ada disekitar desanya. Keong mas yang diambil dari sawah oleh Sarnen dimasukan kedalam bak ikan lele untuk dikembangbiakan yang nantinya sebagai pakan tambahan disaat bebek sudah dewasa dan siap untuk bertelur.
“Pagi saya datang memberi makan bebek dengan ampas tahu yang sudah di fermentasi. Setelah itu saya langsung pergi kesawah mencari keong mas,” kata Sarnen, Jumat (5/12).
Keong-keong itu, kata Sarnen, sangat membantu dalam mengurangi biaya pembelian pakan. Terlebih kiong selama ini musuh para petani dikarenakan keong merusak tanaman padi dengan memakan batang dan daun padi.
“Untuk pakan perhari bisa menghabiskan 25 kilo gram pakan toko, belum ditambah ampas tahu dan dedak. Kalau saya paksakan dengan tetap membeli pakan toko, saya akan rugi. Makanya saya cari kiong mas disawah,” katanya.
Pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu, semua harga pakan naik. Kenaikan itu, terang dia, cukup menyulitkan usaha ternaknya yang bermodal kecil.
“Saat ini jumlah bebek saya ada 310 ekor dengan harga beli saat itu, perekor Rp. 6 ribu,” katanya. (CT-115)