Cirebontrust.com – Musbiah kekeringan di musim kemarau tahun 2017 mulai dirasakan ratusan bahkan ribuan petani di wilayah Kabupaten Cirebon, hal itu dibuktikan terjadinya penyusutan sejumlah sumber air di beberapa wilayah Timur Kabupaten Cirebon.
Di antaranya semakin surutnya aliran Sungai Cisanggarung, Desa Ciledugwetan, Kecamatan Ciledug dan Waduk Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
Seperti yang dialami petani palawija Desa Ciledugwetan, Kadno. Musim kemarau yang terjadi sekitar awal Agustus berdampak pada tanaman palawija berupa jagung. Sehingga, dirinya harus memompa dengan mesin dari Sungai Cisanggarung untuk memenuhi aliran air di kebun jagungnya.
“Sekitar awal Agustus lalu Sungai Cisanggarung menyusut dan saat itulah saya sudah mulai kesulitan mendapatkan air untuk menyirami tanaman jagung. Salah satunya jalan agar bisa teraliri, harus mompa air dari Sungai Cisanggarung,” katanya disela memperbaiki pompa, Selasa (12/09).
Dalam melakukan pemompaan, Kadno mengeluarkan biaya operasional untuk bahan bakar dan alat lainnya sedikitnya Rp 300 ribu dalam sekali pompa‎. Bukan hanya itu, meski mengeluarkan biaya besar, Kadno harus bergantian dengan petani lain untuk mengambil air di sungai tersbesar di Kabupaten Cirebon itu.
“Setiap harinya harus bergantian. Misalnya, hari ini saya mompa, besok giliran petani lain yang mompa dan bergantian terus,” jelasnya.
Sementara itu, menyusutnya Waduk Setupatok, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, berdampak pada pengairan sawah padi di Kecamatan Greged, bagian atas. Melihat hal itu, petugas air Waduk Setupatok memberlakukan tata gilir air, guna tercukupi kebutuhan air bagi petani padi.
Pasalnya, sejak akhir Juli waduk ini menyusut dan hingga kini terus terjadi. Sehingga, berdampak pada pengairan di sawah petani Kecamatan Greged bagian atas.
“Kondisi sawah yang menanjak, tak bisa lagi teraliri air. Sehingga, tidak sedikit petani padi yang membuat sumur bor dan tidak ditanami sawahnya. Karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengairi sawah menggunakan sumur bor,” ungkap Herman Sucipto, petugas air Waduk Setupatok.
Herman menjelaskan, saat ini debit air di Waduk Setupatok kisaran 7 juta liter kubik, belum termasuk sedimentasi lumpur dan stok air untuk waduk.
“Kalau bersihnya ketersediaan air saat ini kisaran 4 juta liter kubik. Untuk stok waduk agar tak retak kisaran 2 juta liter kubik, dan 2 juta liter kubik lagi masih bisa dialirkan untuk pertanian. Jika hujan tak kunjung turun, diprediksi akhir bulan ini tak bisa lagi mengairi seluruh sawah di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Mundu, Astanajapura dan Greged,” jelasnya. (Riky Sonia)