Catatan Dadang Kusnandar
Sebagai salah seorang pengurus Muhammadiyah Kota Cirebon, saya tidak habis pikir kenapa lambat laun berorganisasi di sini melemah. Semangat dan daya juang awal jauh menurun tak seperti tahun 2010-2015. Periode kedua yang mestinya telah memiliki bekal pengalamanan 5 tahun sebelumnya ternyata menumbangkan semangat berorganisasi. Apakah yang salah dan adakah yang salah?
Membaca hiruk pikuk politik saat ini, Muhammadiyah juga cukup menarik menempatkan diri sebagai lembaga independen yang tidak menjadi corong sempurna salah seorang calon presiden. Artinya netralitas organisasi tetap terjaga. Bahkan Milad tahun 2018 ini menyematkan istilah keren: Ta’awun Untuk Negeri. Menolong Negeri.
Artinya para kader dan anggota Muhammadiyah diharapkan untuk berpartisipasi sosial secara langsung membantu negeri. Membantu Indonesia yang tengah dilanda banyak bencana dan ketidakberuntungan. Ta’awun merupakan sikap sosial dan implementasinya mesti diwujudkan dalam tindakan. Menyoal Indonesia, ta’awun pun harus bisa dibaktikan kepada saudara kita yang hingga saat ini masih terjerat kesulitan masalah ekonomi.
Tolong menolong dalam kebaikan dan takwa yang kerap kita simak, sudah saatnya diawali dengan gerakan sosial ekonomi/pemberdayaan yang benar-benar berdaya guna. Bahwa peningkatan taraf hidup/ekonomi warga merupakan sesuatu yang penting serta harus dilakukan terus menerus. Teringat ujaran Pak Guru, orang muslim itu harus kaya raya. Karena dengan kekayaan yang dipunyai, ia dapat melalukan ta’awun untuk negeri.
106 Tahun Muhammadiyah bukan waktu pendek. Perjalanan satu abad lebih, jelas memberi banyak pelajaran dan hikmah akan pentingnya memelihara marwah dan amanah organisasi. Organisasi yang dibangun berdarah-darah oleh Ki Ahmad Dahlan lalu berkembang ke seantero negeri Nusantara, hingga kaya raya saat ini. Puluhan universitas, poliklinik kesehatan dan rumah sakit merupakan ciri kemajuan Muhammadiyah yang berdampak langsung pada pembangunan kota/ kabupaten.
Dengan kata lain 106 Tahun Ta’awun untuk Negeri yang ditetapkan menjadi simbol peringatan ulang tahun/milad sesungguhnya merupakan sesuatu yang telah dikerjakan. Kiprah sosial ekonomi organisasi Muhammadiyah telah terbaca jelas dalam perjalanan dan waktu yang cukup lama. Ta’awun Untuk Negeri menjadi sistem tanda betapa saat ini kita sedang dilanda berbagai persoalan bangsa yang sulit terurai lantaran masih mengedepankan kepentingan sesaat dan kepentingan sesat.
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial ekonomi lebih kentara wujudnya dibanding dalam gerakan lain. Itu sebabnya unit amal usaha Muhammadiyah (aum) terus berkembang dan menghidupi organisasi. Tentu saja kondisi ini menggembirakan karena memperlihatkan stabilitas serta eksistensi organiasasi di tengah kompetisi ekonomi yang keras saat ini. Muhammadiyah terus bertahan dan berkembang.
Dari unit amal usaha inilah konsep 106 Tahun Ta’awun untuk Negeri dikembangkan. Dan sebagai gerakan sosial ekonomi yang memahami banyak hal, manifestasinya kembali kepada Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) masing-masing.
Selamat Ulang Tahun Muhammadiyah ke-106.[]