Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed Tekan Harga Emas

Citrust.id – Sinyal kenaikan suku bunga The Fed memicu pelemahan harga emas di pasar berjangka. Di samping itu, faktor analisa teknikal pun turut mengoreksi harga emas.

Pimpinan Cabang PT Equityworld Futures Cirebon, Ernest Firman, menjelaskan, harga emas di pasar berjangka saat ini cenderung mengalami penurunan.

Pada perdagangan Senin (9/5/2022) siang, emas masih bergerak di kisaran harga US$ 1.871/toz. Prediksi penurunan terdekat sampai di angka US$ 1.855/toz.

“Kemungkinan dapat menyentuh US$ 1.828/toz hingga US$ 1.800/toz kalau penurunannya terus berlanjut,” ujar Ernest, Senin (9/5/2022).

Menurutnya, ada dua faktor utama yang memicu melemahnya harga emas. Pertama adalah faktor fundamental.

Hal itu terkait rencana AS yang menaikkan suku bunga bank sentralnya (The Fed) sebesar 50 basis poin atau 0,50 persen. Sinyal kenaikan suku bunga The Fed tersebut memberikan sentimen negatif.

“Memang di bawah ekspetasi analis yang memprediksi kenaikan sebesar 75 basis poin. Meski demikian, kondisi ini tetap memicu pelemahan harga emas di pasar berjangka,” ucapnya.

Faktor kedua adalah analisa teknikal. Dilihat dari data historis, perpotongan garis medium term Moving Average 20 dan 50 (MA20&50) menunjukkan terjadinya penurunan.

“Tren turun tersebut kemungkinan bisa terjadi selama beberapa minggu ke depan,” kata Ernest.

Ia melanjutkan, sampai akhir tahun ini, para pelaku pasar tetap optimis harga emas bisa menembuh rekor tertinggi tahun ini, yakni US$ 2.070/toz.

Pertimbangannya adalah kondisi market saat ini sudah cukup rendah. Para pelaku pasar bisa memanfaatkannya dengan masuk market di harga yang murah.

Selain itu, kondisi geopolitik di Rusia-Ukraina belum tuntas. Hyper inflation pun masih membayangi ekonomi di Amerika Serikat. Walau begitu, butuh waktu bagi market untuk kembali naik.

“Yang bisa dilakukan pelaku pasar jangka pendek saat ini adalah memanfaatkan pola penurunan market dengan mengambil action sell. Sedangkan untuk pelaku pasar jangka panjang bisa mulai “nabung” posisi buy di harga yang relatif rendah,” tandas Ernest. (Haris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *