Oleh SAPTAGUNA
Saat aku jadi gadis kecil
Aku bertanya pada ibuku
Akankah aku menjadi cantik
Akankah aku menjadi kaya
Inilah yang dia katakan padaku
Que sera sera (apapun yang terjadi, terjadilah)
Masa depan tidak untuk dilihat
Saat aku masih sekolah aku bertanya pada guruku, apa yang akan kupelajari?
Apakah aku melukis?
Apakah aku bernyanyi?
Diapun menjawab, Que sera sera
Saat aku tumbuh dewasa dan jatuh cinta
Aku bertanya pada jantung hatiku
Apa yang akan terbentang di depan?
Akankan hari demi hari kita memiliki pelangi?
Lalu dia menjawab, Que sera sera
Sekarang aku punya anak sendiri mereka bertanya padaku akankah aku menjadi kaya?
Akankah aku menjadi tampan?
Akupun menjawab, que sera sera apapun yang terjadi-terjadilah
Que sera sera adalah bahasa Spanyol yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inonesia maknanya kurang lebih apapun yang terjadi haruslah kita terima, harus kita syukuri. Lagu ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1956. Lirik lagunya ditulis oeh Jay Livingston dan Ray Evans. Lagu ini muncul pada film Alfred Hitch Cock dan The Man Who Knew Too Much dengan penyanyi Doris Day dan James Stewart. Lagu ini menerima Academy Award for Best Original Song. Dan di Indonesia lagu ini diadopsi untuk iklan semen Holcim.
Bila anda membuka youtube dan menulis Que Sera-sera maka siapkanlah hati Anda untuk bersedih.
Sekelompok anak-anak berkebutuhan khusus dari Thailand menyanyikan lagu ini dengan sangat mengharukan. Denting piano dan suara koor mereka seperti rasa syukur yang menyedihkan sekaligus mendamaikan. Anda dapat membayangkan anak yang down syndrome, anak yang lumpuh, anak yang tuna rungu, tuna daksa secara serempak meneriakkan lirik kalimat, “Saat aku masih kecil aku bertanya pada ibuku akankah aku menjadi cantik, menjadi tampan, menjadi kaya?”.
Dalam tayangan video itu terlihat ibu-ibu mereka menarik nafas, memandang haru dan tanpa terasa mengalirlah air mata. Tak hanya itu, yang cukup menyayat, dalam tayangan video itu cameraman tampak bertopang dagu, kru film terlihat melongo. Kamera kemudian diarahkan ke jendela dan menatap langit. Cameraman seolah menjiwai benar lagu itu dan menayangkan langit sebagai masa depan.
Lagu Que Sera-sera mengajarkan kepada kita agar apapun yang terjadi pada anak kita, harus kita syukuri. Ada keluarga yang ayahnya hanya pencari ikan di sungai, ibunya buruh cuci di tetangga, tetapi anaknya lulus di perguruan tinggi ternama. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya pejabat, terhormat, kaya raya sementara ibunya cantik, sosialita, rajin ibadah namun putranya tuna grahita (lemah mental).
Que sera sera mengajarkan kepada kita untuk ikhlas menerima pemberian dari sang Maha Pencipta.
Ada ribuan bahkan jutaan orang tua di muka bumi ini yang sangat mencemaskan, menakuti, mengkhawatirkan masa depan putra-putrinya. Ada orang tua yang mempersiapkan masa depan putra putrinya dengan cara menjejali pengetahuan yang super ketat. Alih-alih cerdas, anaknya malah menjadi stress. Ada orang tua yang mencemaskan masa depan putra putrinya lalu dia mengarahkan, memaksa, cita-cita anaknya sesuai dengan kehendaknya. Anaknya menuruti dengan keadaan terpaksa dan dia hidup tidak bahagia.
Lagu ini menasehati kita bahwa apapun bentuk, cita-cita, keadaan anak kita haruslah secara ikhlas kita terima. Ada anak yang berwajah tampan, ada anak yang jelek. Ada anak yang cerdas, ada anak yang bodoh. Masa depan tidak untuk dilihat. Artinya tidak untuk dipusingkan. Dari pada melihat masa depan putra putri kita dengan perasaan galau, dengan perasaan pesimis dan apatis kita lebih baik mempersiapkannya secara nyata dengan lapang dada dengan perasaan gembira.
Que sera sera…***
*Penulis Buku Diet Mental, tinggal di Indramayu.