Petani Desa Sukamenak Resah Kelompok Monyet Liar Serbu Tanaman

  • Bagikan

Majalengkatrust.com – Sejumlah warga di Desa Sukamenak mengeluhkan keberadaan moyet yang ada di hutan kabuyutan Cinongtoreng, kini menjarah tanaman dan pemukiman warga di duga karena kekurangan makanan setelah penebangan beberapa pohon di hutan kabuyutan tersebut.

Kini menurut warga tanaman pisang, ketela pohon yang ada disekitar kabuyutan dijarah oleh monyet yang biasanya hanya keluar hutan untuk sekedar bermain atau mengambil makanan yang ada di sekitar pinggir pemakaman.

Kini diduga dengan adanya penebangan dan habitatnya diganggu, monyet-monyet berkeliaran ke rumah warga mengambil makanan yang ada di sekeliling rumah.

“Monyet tersebut, biasanya hanya keluar beberapa meter saja dari wilayah kabuyutan, sekarang keluar jauh berkerumun lima hingga 8 ekor,” kata Nandang, Minggu (11/08).

“Sekarang masih bisa diusir ketika terlihat ke rumah, tapi yang dikhawatirkan ketika makanan mereka habis akan memaksa menjarah ke rumah,” tambahnya.

Tini asal Sukamenak mengatakan dulu di kawasan hutan kabuyutan tersebut sebetulnya sangat nyaman untuk keberadaan kera, makanya populasi monyet cukup banyak di sana. Karena di tengah hutan kabuyutan terdapat tiga mata air masing-masing Ciweduk, Citiis dan Ciberang.

Sehingga ketika monyet ingin minum mereka akan dengan mudah mendapatkan air. Pepohonan di kabuyutan tersebut sudah berusia ratusan tahun, sebagian medelinnya sudah mencapai hampir satu meteran, akar-akar panjang menjuntai ke bawah.

“Ditengah hutan kabuyutan etsrebut ada dua pemakaman yang kini tidak terawat lagi, padahal kabarnya dua makam tersebut adalah keturunan Raja Talaga.” Kata Tini

Menurut tradisi lisan masyarakat Sukamenak, keberadaan kabuyutan Cinontoreng tidak lepas dari sosok herois pahlawan Talagamanggung, Arya Sarngsingan.

Patih Kerajaan Talaga semasa Parunggangsa. Dalam pertempuran melawan Mataram. Saringsingan dikenal paling lihai mengatur strategi untuk melumpuhkan kekuatan  dan kehebatan senjata tempur tentara Mataram.

BACA JUGA:  HipHopGejrot di CSB Mall akan Menampilkan Rapper Tuan Tigabelas

Berbagai jebakan dibuat Saringsingan untuk mengurangi kekuatan serangan Mataram. Sehingga banyak tentara Mataram yang gugur  dan arealnya tesebar mulai dari Maja. Majalengka  hingga ke daerah Lemahputih.

Saringsingan pun mampu menahan serangan Demak tatkala Cirebon ingin menyebarkan Islam di Talaga. Sampai akhirnya tercapai perjanjian bilateral antara Cirebon  dan Talaga yang isinya, Talaga tetap berdaulat sebagai kerajaan, namun harus mengijinkan Cirebon menyebarkan Islam di wilayah Talaga.

Cinongtoreng, merupakan patilasan Arya Saringsingan mengajarkan ilmu budaya (Ciberag), ilmu pamenengan  (Citiis) dan ilmu kesaktian (Ciweduk).  Airnya  mengalir dari mata air yang mengalir di areal kabuyutan tersebut.

Sehingga sampai dengan tahun 70-an, dulu masih banyak orang bermalam di mata air Ciberag karena ingin menjadi seniman reog terkenal. Atau kalau ada orang patah hati atau susah alias galau , bisa nyepi diri di mata air Citiis.

Ketiga mata air ini dulu airnya mengalir untuk kebutuhan areal pesawahan di Desa Sukamenak dan Haurgeulis yang ada di bagian bawah. Disaat kemarau panjangpun air dari ketiga mata air tersebut tak pernah surut sehingga masyarakat tetap bisa bercocok tanam sawah dan palawija.

Hanya bila hutannya terganggu tidak menutup kemungkinan mata air akan surut, habitat monyet juga akan terganggu bahkan populasinya akan menurun dan mungkin saja suatu saat akan habis kekurangan makanan.

“Keberadaan kera ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata, namun tentu tanpa menganggu apalagi merusak habitatnya. Karena kalau di rusak keberadaan ratusan monyet ini mungkin saja bisa punah,” kata Tini.

Saat ini saja menurutnya dengan hutan kabuyutan Cinongtoreng dengan d ibagi dua karena dibuat jalan di tengah kabuyutan monyet sudah terganggu, karena mereka tidak bisa menyebrangi jalan saat akan ke hutan debelah. Apalagi bila hutan yang ada sekarang dibangun bangunan lain.

BACA JUGA:  Tabrakan Beruntun Tiga Mobil dan Tiga Motor Empat Korban Terluka

“Saya berharap kalau membangun sebuah kawasan jangan merusak  ekositem yang sudha ada,” ungkap Tini. (Abduh)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *