PARPOL DAN PASAR (7)

Oleh Dadang Kusnandar

SIAPA PUN kita menjadi bagian dari parpol dan pasar. Sebaliknya parpol dan pasar pun menjadi bagian dari kita. Dua sisi yang saling bertaut ini mengingatkan betapa pentingnya hubungan sebab akibat: parpol, pasar, kita.

Menyiasati parpol dan pasar terbukti kerap kita lakukan. Sadar betul bahwa kita lihai bersiasat atas keduanya. Kesadaran yang tumbuh dan berkembang lantaran keberadaan parpol dan pasar.

Membincangkan parpol dan pasar tak lepas dari peran uang. Alat tukar super mujarab yang mampu mengikis kemanisiaan kita. Uang (kerap ditulis) bukan segalanya, tapi uang bisa membeli segalanya.

Raja Dangdut Rhoma Irama menembangkan lagu “Rupiah” dengan pendekatan kuasa uang. Katanya, sering karena rupiah jadi pertumpahan darah”. Wow betapa mirisnya.
Vokalis yang juga rocker Nicky Astria mendendangkan lagu “Uang”. Kutipannya, uang bisa bikin mabuk kepayang. Uang lagi-lagi uang.

Akan tetapi pada suatu kesempatan seorang kawan bertutur serius, “Kesantuan berubah drastis setelah manusia menciptakan uang”. Peralihan dari sistem barter ke uang membuat orang jadi pemburu uang.

Pertanyaan yang layak diajukan, apakah kemudahan transaksi oleh alat tukar (uang) merontokkan kesantunan/ kemanusiaan kita? Jawaban itu terbaca pada kemampuan kita mendudukkan posisi uang secara proporsional.

Karena pada mulanya temuan uang bertujuan meringankan beban berat membawa berbagai barang kebutuhan ke mana-mana.

Begitu pula parpol dan pasar jangan terjerembab semata-mata kepada uang. Di seberang sana masih bermukim erat norma kemanusiaan (kita) yang telah bersemayam sangat lama akibat kesadaran ketuhanan.***

*) Penulis lepas, tinggal di Cirebon

BACA JUGA:  Ibu Kandung Jual Anak Rp500 Ribu kepada Pria Hidung Belang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *