Masyarakat Belawa Kesulitan Air karena Volume Air Sumur Mulai Menyusut

Cirebontrust.com – Masyarakat Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon mengalami krisis air bersih. Hal itu, disebabkan kondisi kemarau yang berkepanjangan hingga volume air dalam sumur mereka menyusut.

‎Meski Pemerintah Desa (Pemdes) melalui program “Kotaku” telah membangun tempat penampungan air (Hydrant), masyarakat setempat masih merasa kekurangan air bersih.

Hydrant yang dibangun di Blok F, RT 04 RW 06 hanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk lima rumah‎ di wilayah tersebut.

Itupun masih tidak maksimal, pasalnya dimusim kemarau ini air yang dipompa dengan mesin untuk ditampung ke bak penampungan, yang nantinya disalurkan ke lima rumah itu mengalami kendala, air tidak “ngocor” secara maksimal.

Alhasil, untuk menunggu bak penampungan penuh, masyarakat setempat harus menunggu hingga seharian penuh, tidak seperti pada musim penghujan, dimana air “ngocor” sangat lancar.

Sehingga untuk memenuhi bak penampungan tersebut, masyarakat hanya butuh waktu menunggu maksimal 3 jam.

“‎Untuk ambil air dari bak penampungan saat ini, kami menunggu dari pagi sampai isya. Itu juga berhenti dulu, nunggu air ngocor kembali. Itupun air dari Hydrant hanya bisa digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Untuk nyuci harus cari sumber air lain,” terang Imanurdin Ramadon, Ketua RT 04 RW 06, Desa Belawa sembari menunjukan lokasi Hydrant, Rabu (13/09).

Selain itu, Blok F yang memang wilayah terparah kekeringan di Desa Belawa terdapat 14 rumah penduduk yang terakomodir oleh Hydrant tersebut hanya lima rumah.

Sisanya 9 rumah bergantung pada sumur-sumur warga yang debit air semakin menyusut.

Itu pun, untuk mengambil air dari sumur masyarakat harus rela menunggu dan ngantre, karena jumlah sumur yang terbatas dan air di sumur semakin menyusut.
Sehingga air sumur sempat kehabisan, dan untuk menunggu air muncul kembali, masyarakat harus menunggu seharian penuh.

BACA JUGA:  PGRI Ngaku Kecewa, terhadap Pemkab yang tak Bantu Nasib K2

“Banyak yang ngambil di sumur saya. Khususnya yang tidak kebagian dari Hydrant‎. Itu juga tidak bisa setiap hari, karena sumur surut,” ujar Agus Hikmah Budisusanto, tokoh masyarakat setempat.

Masyarakat setempat bukannya tidak berusaha, mereka sudah melakukan beberapa penggalian sumur dan pengeboran tanah untuk mendapatkan air, tapi usaha itu sia-sia, karena air susah didapat juga.

“‎Kami sampai gali sumur sedalam 20 meter di dua titik tapi nggak ada air, karena dasarnya lempung. Kemudian dibor 2 kali kedalaman 60 meter, tetap nggak ada air. Jadi jumlah sudah 4 kali, dua menggali dan 2 ngebor,” imbuh Agus.

Kondisi tersebut dialami juga masyarakat RT 03 RW 06. Meski kualitas air dari sumur bagus atau bersih dan layak untuk digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, air sumur itu tidak mampu memenuhi kebutuhan air setiap hari bagi mereka.

“Air sumur masih tidak cukup‎ karena surut. Dulu sih air sumur bisa dijangkau oleh tangan, tapi sekarang sampai surut ke dasar,” ujar Kasan, warga RT 03 RW 06.

Masyarakat berharap adanya tambahan pembangunan Hydrant per RT satu hydrant, karena itu sangat membantu untuk menekan krisis air bersih di wilayah tersebut. (Riky Sonia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *