MAPAN Gelar Panen Raya Padi, Pedagang Beli Gabah di Atas HPP

Indramayutrust.com – Masyarakat Peduli Pangan (MAPAN) bersama komunitas petani MSP (Mari Sejahterakan Petani) menggelar kegiatan panen raya padi di Desa Pegagan Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Minggu (30/07) pada hamparan sawah seluas 4.000 hektare.

Ketua MAPAN Indramayu, Sutrisno mengungkapkan, adapun produktivitas padi yang panen ini mencapai 6 hingga 7 ton per hektare, diantaranya varietas Mekongga dan Ciherang. Varietas yang banyak diminati petani juga dipanen, seperti MSP 02 dan 13 serta varietas lokal lainnya.

Sutrisno menegaskan, gabah yang dipanen dan dihasilkan petani di Indramayu dibeli dengan harga yang cukup tinggi, yakni di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) oleh pelaku usaha atau pengepul. Harga gabah yakni Rp4.200 hingga Rp4.800 per kilogram.

“Harga gabah lumayan tinggi, mudah-mudahan petani untung. Biasa, begitu ada penen para pembeli itu berdatangan ke lokasi, mereka para pedagang beras. Rata rata Rp4.200 sampai Rp4.800 per kilogram gabah kering panen, dan itu di atas HPP,” tegasnya.

Selain itu, kegiatan panen raya ini juga dengan melakukan diskusi berbagai persoalan pertanian dari hulu ke hilir yang diikuti petani dan kelompok tani.

Sementara, Ketua DPP MSP Bidang Kedaulatan Pangan, Carkaya menambahkan sekitar 17 kecamatan di Indramayu terserang wabah ‘wereng’ dan virus ‘tungo’ (klowor). Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produksi padi yang ditargetkan pemerintah.

“Selain itu juga petani mengalami kerugian. Biasa 1 hektare panen dapat 7 hingga 8 ton, sekarang ini untuk menghasilkan 6 ton saja sudah berat,” terangnya.

Menurut Carkaya, fenomena tersebut disebabkan karena meningkatnya intensitas serangan hama wereng. Ini merupakan salah satu penyebabnya adalah lahan yang terus menerus dipacu tanam, tanpa diistirahkan.

“Ini harus menjadi perhatian pemerintah dan pemerintah perlu tinjau ulang program terkait masalah ini,” imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Carkaya, agar perlunya lahan diistirahatkan untuk memutus siklus hama, dan itu perlu menjadi pertimbangan pemerintah. Upaya lain yakni, pemerintah juga perlu kembali melaksanakan Sekolah Lapang Pengendali Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapang Iklim (SL-Iklim) secara masif dan terstruktur.

“Hal tersebut bertujuan agar petani lebih bijak dalam menggunakan pestisida, dan memahami kondisi iklim lokal agar petani lebih responsif dalam mencegah dah menghadapi hama dan penyakit,” jelasnya.

Menurutnya, negara harus hadir ikut mengurusi persoalan pangan terutama beras, tidak hanya mengurus aspek hulu. Namun hilirnya pun terkait harga juga sangat penting.

“Ini penting agar bagaimana petani dapat untung sejahtera, pedagang untung, dan konsumen dapat membeli dengan harga yang pantas,” pungkasnya. (Didi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *