Ini Sejarah Sega Jamblang dari Sedekah Bagi Kuli Bangunan di Tahun 1847

CIREBON (CT) – Sejarah Nasi Jamblang, tidak terlepas dari pembangunan pabrik gula di Gempol pada 1847 dan pabrik spirtus di Palimanan pada 1883. Pada saat itu, seorang mualaf Tan Piaw Lun atau dikenal dengan sebutan mbah Wulung, membuat hidangan makanan yang dibungkus daun jati dengan lauk sederhana untuk disedekahkan kepada buruh dan kuli bangunan.

Setelah para buruh dan kuli bangunan merasakan nikmatnya nasi jamblang, mereka lalu membelinya sebagai bentuk bantuan dan rasa terima kasih kepada mbah Wulung. Tan Piaw Lun alias mbah Wulung kemudian mewariskan resep nasi jambang secara turun temurun.

Saat ini, keturunan Mbah Wulung sudah menginjak generasi kelima, yakni Hj Tien Rustini. Ia bersama sang suami, H Kusdiman, meneruskan usaha nasi jamblang dengan membuka Nasi Jamblang Tulen, di Jalan Raya Jamblang, seberang Pasar Jamblang, Kabupaten Cirebon. Nasi Jamblang Tulen mempertahankan cita rasa asli nasi jamblang yang diwariskan Mbah Wulung.

H Kusdiman menjelaskan, pada saat menginjak generasi ketiga atau era Mak Zaenah dan Katrawi, nasi jamblang begitu populer sehingga menjadi ikon Kota Cirebon.

“Saat itu, nasi jamblang dipasarkan menggunakan sistem pengeber atau dijual kembali oleh orang-orang dengan cara berkeliling Cirebon.” jelasnya, Selasa, (12/07).

Diungkapkan H Kusdiman, pada awalnya, item menu nasi jamblang masih sederhana, seperti tempe, tahu, dan sambal goreng, ikan panjelan, serta dendeng atau daging.

Dendeng, dikenal juga dengan sebutan dendeng bumbu laos, dibuat dengan cara disemur sedemikian rupa agar tahan lama. Selain itu, dendeng bumbu laos juga rendah kolesterol.

Sedangkan daun jati dipilih sebagai pembungkus nasi bertujuan agar rasa dan aroma khas nasi tetap terjaga alias tidak cepat basi, karena daun jati memiliki tekstur pori-pori yang besar.

BACA JUGA:  Sega Jamblang Kuliner Wajib Bagi Pemudik Sebelum Balik ke Ibukota

H Kusdiman menambahkan, hingga saat ini, nasi jamblang berkembang amat pesat, bukan hanya di Cirebon tetapi juga di kota-kota lain.

Banyak sekali bermunculan pengusaha nasi jamblang yang memang bukan keturunan asli Tan Piaw Lun alias mbah Wulung. Para pengusaha itu memberikan sentuhan variasi pada menu, seperti ditambahkan lalapan, pepes dan tumis.

“Nasi jamblang juga sudah merambah hotel-hotel, sehingga level pembelinya pun meningkat menjadi menengah ke atas,” pungkasnya. (Haris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *