Gincu FKN XI

Oleh DADANG KUSNANDAR*

KERATON bersolek meski kurang gincu. Area perhelatan Festival Keraton Nusantara (FKN) seketika bersih. Tak nampak puluhan tenda PKL di sekitarnya. Demi terlaksana even budaya dua tahunan ini sejumlah PKL mengalah.

Gincu pesolek pun kurang terpoles untuk menyambut FKN XI di Cirebon. Publikasi terkesan mengandalkan media sosial dan media cetak elektronik. Sementara spanduk dan baligo entah di mana. Padahal setiap media publikasi punya peran dan segmentasi pasar sendiri.

Layaknya me-make up wajah pengantin, FKN sebagai hajat kebudayaan berskala nasional mestinya memasukkan semua unsur publikasi. Ini penting karena menyangkut keikutsertaan keraton se-Nusantara dengan elaborasi kesenian berikut budaya lokalnya masing-masing.

Terlebih lagi FKN XI di Cirebon akan dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi, Sabtu 16 September 2017 pukul 09.30 WIB. Tentu saja hajat kebudayaan ini patut disambut gembira dan gempita karena sebagai tuan rumah, Cirebon mesti bangga.

Pelibatan seniman pun tak kalah penting. Ragam kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang, lantas bermetamorfosa dengan kesenian lain menandakan pentingnya gincu kesenian. Bahwa untuk bersolek dan memoles kesenian hingga terlihat lebih cantik, kreativitas seniman adalah pass wordnya.

Berbicara gincu pada mulanya adalah berbicara kecantikan. Bagian terluar bibir perempuan yang dioles agar wajah lebih memancarkan aura dan pesona. Olesan gincu di tangan penata rias kepada sang perempuan sama dan sebanding dengan kerja sama yang baik. Keduanya punya kesepakatan alias berawal dari negosiasi.

Gincu nan beraneka warna itu akhirnya menghias bibir. Dan manakala bibir menyunggingkan senyum tulus, lelaki yang melihatnya akan terpesona. Sementara perempuan lain yang menerima senyum tulus dari bibir bergincu indah akan memberi senyum yang tulus pula, meski ia tidak bergincu.

BACA JUGA:  Pemerintah Dan DPR Akan Bahas UU Pertanahan Di Tahun 2018

Gelar budaya yang spektakuler pada FKN XI tahun ini kiranya menjadi ajang pertaruhan gincu-gincu lainnya. Dalam skala luas gincu itu bernama politik. Ada aroma kepentingan sejumlah politisi di sana. Jenis serta kreasi politiknya justru semakin menyemarakkan FKN XI.

Jadi sah saja hajat kebudayaan keraton se-Nusantara dibalut gincu politik. Asumsinya, sepanjang untuk menampilkan kesenian dan kebudayaan lokal, tak terlarang memoleskan gincu apa pun. Namun agar polesan itu gincu tidak dominan, seluruh pemoles gincu mesti mahir merekayasa.

Dengan kata lain beruntunglah para penata rias yang berhasil memoleskan gincu/ lipstik pada FKN XI. Berkat karya mereka hajat budaya ini terlaksana. Namun tak kalah penting ialah pelibatan masyarakat sebagai penonton dan saksi hajat budaya ini.

Bisa jadi masyarakat Cirebon akan tumpah ruah di jalanan rute kirab agung prajurit keraton se-Nusantara. Boleh jadi pula masyarakat Cirebon akan menikmati pentas kesenian lokal berbagai keraton di lokasi pertunjukkan. Pelibatan penonton dengan kata lain adalah gincu tersendiri. Gincu di luar arena.

Menjadi saksi dan penonton biasanya memposisikan diri sebagai penikmat, pemerhati, penggembira dan komentator. Inilah varian penting yang layak dihitung. Gincu di luar arena bisa sinergi dengan sinergi dengan gincu di dalam arena. Sebaliknya ia bisa berbeda dan menyuarakan perbedaan titik pandang itu dengan cara masing-masing.

Kendati demikian gincu tetap saja perlu. Selain mempercantik penampilan, gincu merupakan penyedap pandangan. Semakin sedap yang dipandang semakin baik outputnya.

Kepada para raja-raja se-Nusantara, utusan keraton se-Nusantara, seniman, budayawan, sejarawan, akademisi, aparatus pemerintah daerah, panitia pelaksana, kalangan pers cetak dan elektronik, komunitas kebudayaan dan kesenian, fotografer, pengguna medos, serta paling penting untuk masyarakat Cirebon ~selamat memoles gincu bagi terlaksananya kemeriahan FKN XI.

BACA JUGA:  Sambut Festival Keraton Nusantara, Pagelaran Budaya akan Dihelat di Cirebon

Olesan teratur dan sesuai kaidah kecantikan ketika memoleskan gincu adalah parameter utama guna mempercantik hajat budaya nasional. Kepada tuan rumah di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan ~pilihlah gincu yang tepat agar muncul aura dan pesona atas kekayan budaya Nusantara.

Selamat memoles gincu. []

*Jamaah Pengajian NU Cirebon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *