Cirebontrust.com – Sanggar Purwa Kencana Desa Astanalanggar, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, menggelar Festival Budaya Losari. Dalam acara tersebut, menampilkan berbagai kesenian Cirebon dan daerah lain.Menurut Sekretaris Panitia Acara, Adin, Festival Budaya Losari ini sebagai upaya membangkitkan generasi muda untuk mencintai seni dan kebudayaan daerah. Agar dapat bertahan, walaupun di era globalisasi saat ini segala teknologi memudahkan segala bidang.
“Tidak sedikit kesenian daerah yang punah, maka untuk mempertahankannya, kami sengaja menggelar acara ini. Selain itu, acara ini untuk mengenalkan kesenian lokal lainnya. Karena selama ini yang dikenal hanya kesenian tari topeng,” paparnya, Kamis (02/11).
Adin menjelaskan, untuk kesenian lokal masih belum dikenal masyarakat. Diantaranya, Barongan, Cokek, Sintren, Benda Benti dan masih banyak lagi, Maka, diacara ini, kesenian tersebut akan ditampilkan. Sehingga, dapat meminimalisir kepunahan kesenian daerah.
“Di festival ini, akan ditampilkan sekitar 20 kesenian asal Losari dan hadir pula seniman kondang seperti Didi Nini Thowok dan Tjaduk Ferianto. Disamping seniman dari Bali, Malang, Jakarta dan Kalimantan. Selama empat hari (02-05) acara ini berlangsung,” katanya.
Kegiatan acara ini disumbang oleh kementerian, meski tidak sepenuhnya. Akan tetapi yang sangat disayangkan, tidak adanya kontribusi dari Pemerintah Kabupaten Cirebon
“Seharusnya, Pemkab hadir dan menghargai pegiat budaya lokal. Ke depannya acara ini akan menjadi agenda tahunan, karena bukan hanya menampilkan kesenian semata tetapi juga akan menampilkan kekayaan kuliner Losari,” jelas Adin.
Sanggar Purwa Kencana selaku pelaksana kegiatan menegaskan, bahwa kegiatan ini adalah murni swadaya, tanpa ada bantuan dari Pemkab Cirebon. “Tidak ada bantuan dari Pemkab Cirebon,” tegas Nani Sawitri, pemilik Sanggar Purwa Kencana.
Sementara di tempat yang sama, pimpinan Tita Nada, Dajuli mengaku senang dan berterimakasih. Karena adanya festival Budaya Losari ini, mengangkat seniman-seniman dan orang-orang yang aktif di dunia seni. Semua ini akan menjadi motivasi untuk lebih memacu memperkaya ketrampilannya agar bisa lebih diterima oleh masyarkat dan keberlangsungannya tidak mudah punah.
“Ini menjadi awal yang baik untuk mengembalikan kekayaan kesenian tradisional di Losari. Semestinya Pemkab mendukung acara ini. Karena tanpa adanya dukungan Pemkab, akan menciderai keberlangsungan seni lokal itu sendiri. Selain itu, Pemkab juga harusnya ikut aktif memajukan kesenian tradisional,” ujarnya.
“Sebagai pegiat seni, sampai kapan pun akan terus bersemangat mempertahankan kesenian daerah. Karena darah seni sudah mengalir di badan kami, meski minimnya perhatian dari pemeritah.” pungkas Dajuli. (Riky Sonia)
Diacuhkan atau tidak diacuhkan? Wkwk