Ilustrasi
CIREBON (CT) – Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) menilai bahwa keberpihakan negara kepada kemajuan rakyat Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, sebagai mimpi buruk. Sebab dalam kenyataannya pendidikan masih saja mahal, tidak terjangkau untuk rakyat miskin.
AMI yang terdiri dari beberapa elemen mahasiswa mengungkapkan, bahwa saat ini kurikulum pendidikan nasional masih mengacu pada kepentingan pemodal atau pengusaha. Fasilitas untuk peserta didik juga tidak cukup memadai untuk mengembangkan keilmuannya.
Jami Kuna, dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), mengatakan bahwa dampak dari sistem pendidikan yang semakin hancur juga merugikan seluruh rakyat Indonesia terutama dalam hal kemiskinan. Tidak hanya itu, budaya serta cara berpikir yang terkonstruksi akibat kurikulum yang tidak lengkap atau yang tidak berkesetaraan gender membuat watak patriarkhi dan feodal.
Dua watak yang melekat dan semakin menjadi-jadi di masyarakat. Pada gilirannya, dampak dari pendidikan tersebut menyebabkan munculnya kejahatan seksual. Sebuah potret yang disebut Jami sebagai kegagalan pemerintah dalam membangun cara berpikir masyarakat.
Pelarangan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan protes, menurut Jami, adalah bentuk pengekangan nalar berpikir. Hal itu adalah kesalahan terbesar bagi pemerintah. Mereka sepakat menyebut dengan istilah: no kesejahteraan yes investor. (Net/CT)