Wanita Desa Banyusari Tekun Buat Tambang dari Daun Pandan

  • Bagikan

Citrust.id – Ratusan ibu-ibu di Blok Babakan Lebak , Desa Banyusari, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka bekerja sebagai pembuat tambang berbahan daun pandan. Walaupun upah minim, pekerjaan itu tetap mereka lakukan agar bisa menyambung hidup.

Seperti dikatakan Kartini (67), pada usia yang hampir senja, ia terus menarik untaian daun pandan sambil memuta alat terbuat dari kayu agar daun pandan yang dipasang bisa melilit menjadi tambang. Dia berjalan hingga puluhan meter untuk menarik lilitan tersebut, sementara dua orang temannya terus menyambung daun pandan ke ujung lilitan sambil duduk. Mereka terus berjalan seperti tengah bermain.

Hal yang sama juga dilakukan sejumlah ibu-ibu lainnya, seperti Rumsih (45), Wina (23) Wiwin (50), Atni (45) dan Aat (50). Mereka terus berjalan sambil memutar alat pembuat tambang agar melilit. Setelah daun pandan memilit dan menjadi tambang cukup panjang atau seberat 0,5 kg kemudian digulung.

Sementara Andi (85), seorang kakek dengan tekun merapikan tambang dengan cara menggunting sambungan daun pandan yang nempak tidak rapi. Meski sudah kurang pendengaran, tapi matanya masih tetap tajam.

Menurut keterangan Kartini, aktivitas tersebut sudah mereka lakukan sejak puluhan tahun lalu. Rumsi dan Kartini misalnya, mereka sudah sekitar 20 tahun menekuni pekerjaan tersebut.

“Hal ini dilakukan sejak turun temurun tepatnya sejak ada pengusaha yang memesan pembuatan tambang,” katanya dalam Bahasa Sunda, Senin (3/2).

Mereka bekerja atas pesanan dari bandar tambang asal Tasikmalaya. Dua hari sekali mereka dikirim bahan baku daun pandan yang sudah di belah kecil. Sehingga ketika barang datang para pekarja tinnggal menggulung menjadi tambang. Mesin pembuat tambang harus dibeli sendiri seharga Rp25 ribu.

BACA JUGA:  Pilkades Serentak Jangan Diwarnai Intimidasi

Setelah tambang jadi dibuat, mereka menyetornya kembali kepada bandar yang berasal dari desa setemat.

“Upah pembuat tambang itu sekilo hanya Rp5 ribu. Kami hanya mampu membuat 10 kg tambang sehari. Uang sebesar itu dibagi tiga orang karena satu kelompok pembuat tambang berjumlah tiga orang,” kata Rumsih.

Pekerjaan tersebu dilakukan mulai pukul 07.00 WIB setelah selesai masak hingga Zuhur. Sementara saat musim ke sawah merekapun berhenti sementara dan baru pulang dari sawah kembali bekerja.

“Ini karena tidak ada pekerjaan, jadi walaupun upah murah tetap kami lakukan yang terpenting bisa mendapat penghasilan walaupun kecil,” ungkap Atni.

Atni mengungkapkan, di wilayahnya ada sekitar 400 orang ibu-ibu yang setiap harinya mengerjakan pembuatan tambang.

“Dua hari sekali hasilnya dikirim kembali ke bandar dan bandar mengirimkannya ke pada pemesan di Tasikmalaya,” pungkasnya. (Abduh)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *