Citrust.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibentuk pemerintah diyakini mampu memberi manfaat ganda bagi masyarakat. Selain memenuhi kebutuhan gizi, program ini juga dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui kemitraan masyarakat sebagai mitra atau petugas pelaksana.
Sosialisasi program MBG digelar di Villa Cantik Sukabumi, Dayeuhluhur, Warudoyong, pada Jumat (5/8/2025). Kegiatan itu bertujuan menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat.
Hadir dalam acara tersebut anggota Komisi IX DPR RI Zainul Munasichin, Tenaga Ahli Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi Badan Gizi Nasional (BGN) Ande Citra Restiawan, dan Tenaga Ahli Adib Al Fikry.
Dalam sambutannya, Zainul Munasichin menegaskan bahwa Badan Gizi Nasional berharap masyarakat berpartisipasi aktif untuk mempercepat pelaksanaan program MBG melalui kemitraan, salah satunya dengan membentuk Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG).
“Program MBG ini tidak hanya sebatas menyediakan makanan bergizi untuk pelajar, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, tetapi juga diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah,” ujar Zainul.
Menurut dia, satu unit dapur SPPG dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 45–50 orang, belum termasuk dampak ekonomi dari aktivitas jual beli bahan baku dengan masyarakat sekitar.
Rantai ekonomi itu melibatkan petani, peternak, dan nelayan, baik secara langsung maupun melalui koperasi dan badan usaha milik desa (BUMDes), sehingga membentuk ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Sementara itu, Ande Citra Restiawan menjelaskan bahwa sasaran program MBG dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peserta didik dan non-peserta didik.
“Untuk peserta didik, program ini meliputi anak-anak dari jenjang PAUD, RA, TK, SD, SMP, SMA, SMK, PKBM, pesantren, hingga sekolah adat. Sementara untuk non-peserta didik, sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” kata Ande.
Ia memaparkan bahwa setiap dapur SPPG akan melayani 3.000–3.500 penerima manfaat. Makanan bergizi untuk peserta didik akan diberikan setiap hari pada hari sekolah, sedangkan untuk non-peserta didik akan dibagikan dua kali seminggu melalui Posyandu dan Puskesmas setempat.
“Program MBG diharapkan mampu menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas melalui pemenuhan gizi harian yang seimbang. Selain itu, program ini juga memiliki dampak signifikan dalam membuka lapangan kerja baru dan mengurangi beban ekonomi keluarga, khususnya bagi masyarakat miskin,” ujar Ande.
Adib Al Fikry menambahkan bahwa program MBG memiliki tiga misi utama. Pertama, mendorong perubahan perilaku makan agar masyarakat lebih sadar dalam memilih makanan sehat. Kedua, meningkatkan literasi gizi keluarga dan anak melalui edukasi di rumah maupun sekolah. Ketiga, menjadikan gizi bagian dari budaya sehari-hari yang berkelanjutan, termasuk pemanfaatan potensi pangan lokal.
“Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada ketersediaan makanan, tetapi juga pada komitmen bersama untuk membangun budaya makan sehat melalui peran aktif semua pihak,” kata Adib. (Haris)