Masih Ada Warga Kuningan yang Makan Nasi Aking

Citrust.id – Di tengah gegap gempita pesta hari jadi Kuningan dan berbagai event berkelas lokal hingga internasional, masih ada masyarakat miskin yang hidup menderita kurang mendapat perhatian. Setelah ramai diberitakan tentang potret pilu Sartono dan ibunya, kini kisah tragis warga miskin di Kabupaten Kuningan kembali mencuat.

Kisah warga yang tinggal di jantung Kota Kuda makan nasi aking viral di media sosial diposting oleh akun DT Peduli Kuningan. Dalam postingan tersebut diceritakan tentang kondisi Tini yang makan nasi aking dan kegiatan DT Peduli Kuningan saat memberikan bantuan stimulan pada Tini berupa sembako dan uang untuk kebutuhan sehari-hari.

Saat dijumpai di tempat tinggalnya, Tini Sutini (85), warga Gang Baru RT 04 RW 04 Lingkungan Dago, Kelurahan Cijoho, mengaku terkadang kekurangan beras hingga terpaksa harus makan nasi aking. Tini tinggal bersama bersama keponakannya Sulaiman dan menantunya Juharti beserta 2 anaknya.

Sulaiman yang menjadi tulang punggung bekerja sebagai buruh lepas. Tak jarang Sulaiman menganggur sehingga tidak ada pemasukan untuk belanja kebutuhan rumah tangga termasuk beras.

Juharti mewakili Tini menuturkan, dirinya mendapat bantuan 8,5 kg beras dari pemerintah setiap bulannya. Namun, itu tidak mencukupi untuk makan 5 orang anggota keluarga selama satu bulan. Jika ada uang maka akan membeli beras, tapi jika tidak memiliki uang barulah mereka makan nasi aking.

“Kalau ada sisa nasi itu kita jemur. Nanti kalau tidak ada beras dan tidak ada uang baru kita masak buat dimakan,” ungkap Juharti.

Juharti juga mengaku terkadang ada tetangga atau yang sedang hajatan memberikan sisa nasi untuk mereka. Nasi sisa tersebut dijemur dan dijadikan persediaan saat benar-benar terdesak.

BACA JUGA:  Seribu Toko Tani akan Dikembangkan di Indonesia

“Tetangga suka memberi nasi sisa lalu biasanya di jemur. Kalau ada uang dan ada beras, nasi sisa itu diberikan ke orang lain untuk makanan ayam. Tapi kalau lagi tidak ada ya kita masak untuk makan,” lanjutnya.

Sementara itu, Enok, istri almarhum ketua RT setempat menuturkan, dirinya tidak mengetahui ada warga sekitarnya makan nasi aking. Dirinya mengaku bahwa sepengetahuannya keluarga Tini sudah mendapatkan bantuan setiap bulannya.

“Saya kurang tahu kalau sampai makan nasi aking. Setahu saya keluarga Ibu Tini sudah mendapatkan jatah beras setiap bulannya,” ujar Enok.

Enok menyampaikan bahwa berita yang tersebar di media sosial tidak semuanya benar. Ada beberapa hal yang tidak sesuai kenyataan, salah satunya adalah tentang tinggal di rumah gubuk.

“Saya kaget membaca berita itu. Tidak semuanya benar. Tempat tinggalnya bukan rumah gubuk. Dulu pernah mendapatkan bantuan, tapi memang baru sebagian,” lanjut Enok.

Sementara itu, Suharto, Lurah Cijoho saat dikonfirmasi melalui saluran telepon mengaku, dirinya belum mengetahui kejadian tersebut. Ia akan segera berkordinasi dengan pihak RT setempat.

“Saya baru dengar ada kejadian ini. Secepatnya saya akan berkordinasi dengan RT setempat,” ungkapnya. (Ipay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *