Akibat Ditelantarkan Pasien di RS Juanda Meninggal Dunia

  • Bagikan

Kuningantrust.com – Salah seroang pasien yang tercatat warga Desa Sidaraja, Kecamatan Ciawigebang, Hj. Khodijah menghembuskan nafas terakhir di RS Juanda, Kabupaten Kuningan. Pasien diduga akibat Pelayanan rumah sakit tidak maksimal atau buruk karena pasien ditelantarkan.

Berdasarkan pengakuan suami korban, Drs H AM Supandi awalnya istrinya dibawa keluarga ke RS Wijaya Kusumah pada Minggu (16/7) pagi pekan lalu, karena penyakit gulanya naik hingga 570.

Saat dirawat di Wijaya, ia dipanggil dokter penanggung jawab ICU RS Wijaya pada, Senin (17/7) dan disarankan agar pasien dibawa ke RS yang memiliki fasilitas layanan ICU. Sempat menanyakan ke RS Elsyifa, namun ruang ICU penuh sehingga istrinya dibawa ke RSUD 45.

“Istri saya akhirnya dibawa ke RS Juanda, hari Senin itu juga ditangani di UDG oleh dokter Y. Kata dokter Y, ini gak usah masuk ICU, di ruang yang satu orang juga gak apa-apa. Karena saya gak puas, saya bilang ke dokter Y, saya disuruh oleh RS Wijaya mencari RS yang ada ICU-nya dan cuci darah, kenapa sekarang tidak dimasukkan ke ICU, alasannya apa?,” tanya Supandi seraya menambahkan, kalau nanti ada masalah kepada pasien dalam kebutuhan penyembuhannya. dia akan menuntut dokter.

Setelah dibilang begitu, lanjutnya akhirnya dimasukin ICU di RS Juanda hari Senin sampai Selasa, Rabu-nya cuci darah dengan ditangani dokter dalamnya dokter Rio. Lalu di ruang cuci darah.

“Kami disarankan agar istri saya cuci darah seumur hidup, seminggu dua kali, Rabu dan Sabtu,” beber Supandi.

Pada Jumat (21/7) pagi, lanjut Supandi, dokter Y meminta pasien agar segera dibawa keluar RS Juanda karena waktunya sudah habis mengingat perawatan menggunakan fasilitas BPJS berdasarkan kebijakan pihak RS.

BACA JUGA:  DKPP Periksa Sejumlah Anggota KPU RI

Ia memohon agar pasien bisa dirawat dengan penambahan hari hingga esoknya, karena harus menjalani cuci darah kedua berdasarkan saran dokter Rio. Sayangnya dokter, Y tetap dengan pandangannya, agar pasien segera meninggalkan RS Juanda yang dianggap pihak keluarga sebagai sikap pengusiran.

“Ini seolah-olah kami diusir, agar segera meninggalkan ruangan, pokoknya hari ini harus keluar dari Juanda, waktunya sudah habis, sudah lima hari katanya. Saya minta kebijakan sehari saja untuk besoknya (Sabtu) setelah cuci darah, gak bisa, padahal kondisi pasien ngedrop (kritis, red). Akhirnya istri saya dibawa ke RSUD 45 dengan diantar perawat. Perawat RS Juanda juga sempat dimarahi oleh dokter di RSUD 45 karena kondisi pasien dalam keadaan ngedrop tetapi berani memindahkan ke RS lain. Akhirnya istri saya diobservasi di RSUD 45 Kuningan,” tuturnya lagi.

Ia merasa kurang enak atas sikap dan perilaku dokter, Y di RS Juanda, seakan-akan RS Juanda itu tidak manusiawi dan hanya komersial. Diakuinya RS Juanda memang menerima pasien BPJS, hanya saja ada batas waktu. Ia sempat berkonsultasi kepada petugas BPJS yang ada di RS Juanda, namun berdasarkan penjelasan pihak BPJS tidak ada masalah, perpindahan pasien adalah kebijakan RS Swasta.

“Ini masalahnya, kami merasa diusir. Dalam kondisi pasien kritis tapi RS Juanda berani memindahkan ke RS lain,” sebutnya sambil memberitahukan bahwa istrinya meninggal dunia di RSUD 45 pada Sabtu (25/7) lalu.

Untuk itu, secara pribadi ia meminta agar pihak RS Juanda bisa merubah sikap dalam memberikan pelayanan untuk kebaikan pasien dan keluarganya, sehingga masalah yang terjadi pada istrinya bisa menjadi perhatian masyarakat. Ia kembali menyebut RS Juanda tidak manusiawi, hanya mementingkan komersialisme.

BACA JUGA:  Cegah Stunting, Kapolres Cirebon Kota Gelar Bakti Kesehatan

“Datanya di saya ada, masalah BPJS dibatasi waktu. Saya pertimbangannya pasien kasian untang antung bolak balik, red). Saya dipanggil oleh RS Juanda siap, kepergian istri saya dipanggil Yang Maha Kuasa sempat disesali, apalagi perlakuan tidak manusiawi di RS Juanda ini yang sangat saya sesalkan. RS Juanda harusnya bisa melayani pasien dan penunggunya dengan ramah dan sopan,” harapnya.

Terpisah, dr Y saat dikonfirmasi membantah pasien atas nama, Hj Hodijah diusir dari RS Juanda dan disuruh pulang, melainkan dirujuk ke RSUD 45 Kuningan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Mendengar pasien ini telah meninggal dunia, ia pun menyampaikan turut berduka atas meninggalnya pasien yang pernah dirawatnya itu.

“Kan dirujuk, tidak disuruh pulang karena dari dokter Rio SPPD ada rawat gabung dengan spesialis saraf. Jadi dirujuk karena di RS kita (RS Juanda, red) gak ada dokter syaraf. Kalau disuruh pulang mah salah atuh, ini dirujuk untuk dapat penanganan dokter saraf. Ya engga (gak ada pengusiran, red), kalau diusir ya disuruh pulang, ini mah dirujuk dengan diantar ambulance dan perawat. Kita gak ada spesialis, kalau dibiarin di RS kita malah salah atuh, kan di RSU ada dokter Rio juga, terus ada spesialisnya. Sampaikan salam saya, turut berduka, Innalillahi,” jelas dr T, kemarin kepada wartawan. (Ipay)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *