Thudong Internasional dari Bangkok ke Borobudur, Dunia Puji Toleransi Indonesia

Citrust.id – Sebanyak 36 biksu dari berbagai negara tiba di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/5/2025), setelah menempuh perjalanan spiritual sejauh 700,63 kilometer dengan berjalan kaki dari Bangkok, Thailand.

Perjalanan itu merupakan bagian dari Thudong Internasional 2025, sebuah ritual ziarah kuno dalam ajaran Buddha yang kini menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Thudong berasal dari bahasa Pali, berarti “perjalanan kaki”, yang bagi para bhikkhu (biksu) merupakan latihan spiritual tertinggi untuk mencapai pencerahan. Dalam tradisinya, para biksu berjalan dari satu tempat ke tempat lain tanpa membawa harta benda, mengandalkan belas kasih masyarakat sepanjang perjalanan.

Perjalanan tahun ini berlangsung selama tiga bulan enam hari, dimulai pada 6 Februari 2025 dari ibu kota Thailand, dan berakhir di kompleks Candi Borobudur. Jalur yang ditempuh melintasi berbagai kota dan desa, terutama di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat hingga Jawa Tengah.

Antusiasme masyarakat Indonesia tampak begitu tinggi. Warga menyambut para biksu dengan ramah, menyediakan makanan, tempat beristirahat, dan bahkan ikut membantu di sepanjang rute.

Momen itu menjadi perhatian dunia internasional karena menunjukkan kuatnya nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman yang dijunjung masyarakat Indonesia.

“Ini adalah bentuk nyata bahwa Indonesia sangat menjunjung tinggi toleransi,” kata Prabu Diaz, penanggung jawab Thudong Internasional 2025, Sabtu (10/5/2025).

Prabu Diaz, seorang Muslim asal Cirebon yang juga menjabat sebagai Panglima Laskar Agung Macan Ali Nuswantara, berperan penting dalam pelaksanaan Thudong Internasional sejak 2023.

Prabu Diaz bersama komunitasnya dan Bhante Wawan, biksu asal Cirebon, mengawal perjalanan para biksu mulai dari perbatasan Thailand hingga Borobudur. Pengawalan tersebut tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup logistik, keamanan, serta jembatan budaya antarmasyarakat.

BACA JUGA:  Tersangka Kasus Miras Oplosan di Cirebon Terancam Hukum Penjara Seumur Hidup

Thudong Internasional pertama kali menarik perhatian dunia pada 2023, ketika untuk pertama kalinya para biksu melintasi wilayah Indonesia. Saat itu, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia ini mampu membuktikan bahwa kerukunan dan toleransi bukan hanya slogan, melainkan realitas yang hidup di tengah masyarakat.

Ritual thudong yang sebelumnya hanya dilakukan di negara-negara seperti India, Nepal, dan kawasan Asia lainnya, kini menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan spiritual yang penting.

Selain aspek keagamaan, thudong juga menjadi magnet pariwisata dan diplomasi budaya. Kehadiran para biksu menarik liputan luas dari media internasional, mulai dari Asia hingga Amerika Latin, dan mengukuhkan citra Indonesia sebagai negara yang damai dan terbuka.

“Indonesia sudah seperti rumah kedua bagi kami. Kami merasa aman dan disambut dengan penuh kasih,” ujar Bhante Wawan.

Perjalanan thudong menjadi bukti bahwa Indonesia terus berkembang menjadi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan, membuka ruang dialog antaragama, dan mengukuhkan perannya sebagai pusat perdamaian dunia. (Haris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *