Citrust.id – Paguyuban Walangsuji yang terletak di Desa Kagok, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, berusaha mengembangkan dan mengembalikan nama baik Walangsuji, sebagai tempat historis bekas istana ibukota atau Keraton Kerajaan Talaga Manggung.
Menurut Ketua Paguyuban Walangsuji, Aom Gibran, Kerajaan Talaga yang beribukota Walang Suji (menurut versi Bujangga Manik), berada pada akhir abad XV atau awal abad XVI. Jadi, kira-kira antara 1475-1525.
Padahal, katanya, saat dikunjungi Bujangga Manik akhir abad XV, anggap tahun 1475-an sebagai tebakan, untuk tidak dikatakan awal abad XVI, Talaga itu ibukotanya Walang Suji, bukan Parung. Dalam umumnya tulisan “sejarah” Talaga, hanya pada masa Simbar Kancana Talaga beribu kota di Walang Suji.
Itu berarti. sebelum “Dua Parung” tersebut memerintah, sebelum 1450 M menurut versi di atas; katakanlah tahun 1425-an, tahun-tahun itu bertentangan dengan versi Bujangga Manik (1475-an) yang menyebut Walangsuji.
Aom menegaskan “Walangsuji” disebut Bujangga Manik merupakan salah satu naskah berbahasa Sunda Kuno yang memuat kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali.
Naskah itu ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata. Saat ini disimpan di Perpustakaan Bodleian di Universitas Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977: 181).
Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.
Menurut cerita rakyat setempat, setelah Sunan Parung Raja Talaga Manggung dibunuh oleh menantunya Palembang Gunung kemudian ngahiang beserta para prajuritnya, dipercaya menjadi Ikan di Situ Sangiang. Bekas Keratonnya menjadi danau yang dikenal sebagai Situ Sangiang.
Hingga kini, ikan di Situ Sangiang tetap lestari Tidak ada yang berani menangkap karena dianggap jelmaan prajurit Kerajaan. Akhirnya, oleh Palembang Gunung, istana dipindahkan ke Walangsuji dan bertahta dengan istrinya Ratu Simbarkancana.
Sekian tahun terlantar, daerah Walangsuji yang terletak di Desa Kagok, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, terkenal angker. Daerah itu menjadi tempat pemujaan orang yang ingin kaya raya secara mistis. Padahal sebenarnya merupakan daerah historis yang penuh sejarah.
“Warga banyak yang meyakini, masih banyak timbunan emas di bekas keraton tersebut,”kata Aom, Selasa (9/5/2023).
Aom menuturkan, kini pihaknya bersama pemuda setempat berusaha merestorasi dan mengembalikan nama baik Walangsuji sebagai tempat historis bekas istana Kerajaan Talaga.
“Banyak situs peninggalan historis di sini. Bahkan, kami bersama pemerintah desa setempat sekarang sedang membuka jalan masuk mobil dalam program TMMD,” ungkapnya.
Ketua Balai Konservasi Cagar Budaya Talaga Manggung, Asep Asdha Singawinata, menuturkan, terdapat isu banyak emas di Walangsuji, bukan merupakan arti kata yang sesungguhnya.
“Itu merupakan siloka atau perumpamaan saja,” ungkapnya.
Menurutnya, Yayasan Talaga Manggung tidak ada kepentingan di sini dan menghargai kearifan lokal dan mendorong dari belakang. Yang tampil ke depan silahkan Paguyuban Walangsuji yang merupakan warga setempat
“Berawal cerita Tomi Pires yang menenggelamkan Walangsuji dengan sebuah tempat yang disebut Kuburan Munding yang disebut komplek susuhanan atau sunan, kami mengadakan penelitian. Hasilnya menyatakan, di sini diduga terdapat Makam Ratu Pertama Kerajaan Talaga Manggung, yaitu Ratu Simbarkancana,” ungkap Asep.
Asep Asdha menuturkan, situs yang sudah ratusan tahun tilam sekarang dibuka kembali. Mudah-mudahan bangkit kembali membawa kesejahteraan bagi warga sekitarnya.
“Penelitian kami lanjutkan secara kontinyu dan diketemukan prasasti, objek yang diduga Cagar Budaya yang sudah diajukan ke Balai Arkeologi,” imbuhnya.
Kepala Desa Kagok, Dedeh Juariah, mengatakan, ada niat setelah menjadi kepala desa untuk membuka Walangsuji, khususnya untuk wisata budaya.
“Kami mengizinkan komunitas untuk mengembangkan Walangsuji. Apabila ada sejarah keraton, mari kita lestarikan,” ungkapnya.
“Sekarang pemerintah desa telah membuka jalan dengan akses kendaraan roda empat untuk memudahkan akses. Apabila ada hal atau penemuan prasasti, kami meminta dukungan semua pihak, agar bisa menempatkannya. Ke depan ingin dikembangkan menjadi wisata religi dan wisata budaya seperti Wanaperih,” imbuhnya.
Ketua Yayasan Talaga Manggung, Rd. Apun Tjahya Hendraningrat, mengatakan, Walangsuji magnet yang akan menarik. Banyak orang yang berkepentingan.
“Kalau sekiranya Walangsuji setengah-setengah, kami tidak support. Namun, ketika tekad sudah bulat, kami akan full support,” ungkapnya. (Abduh)