Mulai Langka, Sagi Konsisten Jual Jamu Gendong untuk Pertahankan Tradisi

  • Bagikan

Cirebontrust.com – Jamu adalah sejenis ramuan obat asli Indonesia berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dipercaya memiliki khasiat dan aman bagi tubuh.

Bicara soal jamu, tidak lepas dari tampilan penjualnya yang khas mengenakan bawahan samping, atasan kebaya, disanggul/menutup kepala, membawa bakul berisi botol yang digendong menggunakan kain sewet, ember kecil tempat gelas jamu yang ditenteng, serta teriakan jamu! jamu! yang menjajakannya sambil jalan kaki.

Di zaman yang serba instan dan canggih seperti sekarang ini, nampaknya penjual jamu gendong sudah mulai sulit ditemui. Pasalnya, penjual jamu hari ini lebih memilih menggunakan sepeda atau motor untuk menjual jamunya.

Hal itulah yang masih dilakukan oleh Sagi (46), konsisten menjual jamu gendong sejak 1992. Ia mengaku ingin tetap menjaga tradisi karena istilah jamu gendong hanya ada di Indonesia, kata Sagi.

Ndak apa-apa saya masih jualan jamu gendong. Yang penting saya dengan sepenuh hati melakukannya. Yang pake sepeda atau motor, itu namanya bukan jamu gendong lagi. Tapi jamu sepeda apa jamu motor. Kan ada tu nyanyian jamu gendong. Saya akan tetap gendong. Penjual jamu gendong sudah mulai sedikit dan tua-tua seperti saya ini. Yang penting saya masih sehat toh?” ujarnya kepada Cirebontrust.com, Sabtu (28/1).

Wanita asal Sukoharjo ini merantau ke Cirebon mengikuti sang suami. Ia biasa dijumpai di lingkungan salah satu kampus negeri di kota ini. Bahkan tidak jarang mahasiswa dan dosen menjadi pelanggan setianya. “Ya sudah lama, saya hafal dosen-dosen, mahasiswa, pihak kampus membolehkan saya masuk, asalkan harga jamunya bersahabat, jadi ya sudah puluhan tahun saya jual jamu di sini,” sambungnya.

Wajahnya yang tua tampak masih kencang, telapak tangannya yang menguning karena racikan kunyit masih gesit menuangkan jamu-jamu dalam botol plastik putih yang sudah terlihat kusam dan menghitam.

BACA JUGA:  Waspada, Marak Obat Tradisioanal Ilegal Berbahaya

“Gini loh, kalau yang tidak tahu disangkanya jorok, tidak pernah dicuci, padahal ini bukti sejarah. Jamu yang diracik sendiri dengan cara yang benar, itu bagus untuk tubuh. Saya belum pernah dengar ada pembeli yang komplen karena jamu buatan saya. Alhamdulillah semuanya masih sehat-sehat saja kalau ketemu,” katanya sambil terkekeh.

Dengan berjual jamu gendong, Sagi bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. “Kalau ditanya soal pendapatan berapa, saya ndak bisa jawab. Ada atau tidak ada, rezeki tetap saya syukuri yang penting berkah. Membantu suami mencari nafkah, anak-anak bisa sekolah, itu saja,” pungkasnya. (Uyung)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *