Citrust.id – Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Barat, Wayan Wardhana, mengungkapkan, kenaikan biaya kargo pesawat atau Surat Muatan Udara (SMU) berpengaruh negatif bagi bisnis distribusi dan logistik di Indonesia, termasuk Jawa Barat.
Apalagi, Jawa Barat menopang 30 persen bisnis distribusi barang dan logistik di Indonesia.
“Salah satu satu moda transportasi untuk distribusi barang dan logistik adalah pesawat terbang,” ujarnya, pada Rakerwil V Asperindo Jabar di Hotel Prima, Kota Cirebon, Sabtu (25/1/2019).
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang masif, seperti jalan tol, memberikan efek domino. Akses jalan tol membuat pengiriman barang makin cepat. Di sisi lain, beban tarif tol juga bertambah.
Wayan berharap, ada jalan keluar yang saling menguntungkan terhadap semua permasalahan itu. Dengan demikian, program pemerintah untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia, terutama Jawa Barat, dapat terwujud.
“Ke depan, karakter bisnis kami harus diubah. Untuk menekan biaya harus ada kolaborasi sejumlah sektor industri, pemerintah dan stakeholder terkait,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Asperindo, Mohamad Feriadi, mengutarakan, saat ini industri distribusi dan logistik di Indonesia tengah mengalami turbulensi. Salah satu pemicunya adalah kenaikan tarif kargo oleh maskapai penerbangan.
Dikatakan Feriadi, karakteristik Asperindo adalah ekspres. Dikarenakan geografis Indonesia adalah kepulauan, untuk pengiriman barang dan logistik diperlukan moda transportasi pesawat,” jelasnya.
Kenaikan tarif SMU juga memukul para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pelaku UMKM yang terlibat dalam bisnis distribusi dan logistik banyak yang mengeluh terkait kenaikan tarif SMU itu.
“Kenaikan biaya pengiriman tidak dibebankan kepada kami selaku operator, tapi dibebankan kepada customer, termasuk pelaku UMKM,” terangnya.
Feriadi menambahkan, Asperindo telah menyurati Presiden Jokowi terkait keluhan kenaikan tarif SMU.
“Kami ingin segera ada solusi. Jika kondisi ini terus berlanjut, bisnis distribusi dan logistik akan melambat. Kondisi ekonomi Indonesia pun bisa terganggu,” pungkasnya. /haris