Saya dan Kang Alwy (4/5)

Oleh : Eva Nur Arofah

Yang terjadi berikutnya adalah, memasuki paruh ke dua tahun 2014, Kang Alwy banyak terlibat dengan persoalan yang terjadi tanpa dugaan dan peringatan terlebih dahulu; DKC dibongkar dan kehilangan properti yang paling berharga; laptop yang memuat tulisan-tulisannya.

Vandalisme yang menimpa DKC dan kehilangan laptop membuat Kang Alwy berada dalam situasi yang sulit, tidak memiliki banyak pilihan dan kebingungan akan langkah apa yang harus diambil. Di usianya yang memasuki setengah abad lebih, Kang Alwy tampak begitu kelelahan.

Selama hidup bersama, saya tidak pernah melihat Kang Alwy begitu tertekan secara fisik maupu mental, serta begitu sedih, kecuali karena dua hal di atas.

September 2014 kemudian menjadi bulan yang berat bagi kami berdua. Stroke pertama menyerang Kang Alwy, disusul dengan kepulangan mimi ke rahmatullah pada Januari 2015. Stroke kedua menimpa Kang Alwy pada bulan Februari 2014, diikuti Kresna yang harus dirawat di Rumah Sakit karena demam berdarah.

Ah, saya masih ingat betul, lima hari setelah Kang Alwy pulang dari rumah sakit, Kresna masuk rumah sakait. Dengan kondisi fisik yang belum pulih sepenuhnya, terutama kakinya yang masih belum kuat untuk berjalan dan menopang tubuhnya, Kang Alwy memaksakan diri menemani Kresna di rumah sakit.

Kang Alwy juga tidak kuasa menolak permintaan Kresna yang meminta digendong Bapa’nya, tentu saja dalam keadaan fisik yang masih lemah.

Akhir April 2015, kejadiannya di Bandung, stroke ketiga menimpa Kang Alwy. Cukup lama pemulihan untuk stroke ketiga ini, 23 hari di rumah sakit sampai dengan dipasangnya VP-SHUNT (ventriculoperitoneal shunting) dari kepala hingga rongga perut Kang Alwy.

Stroke yang menimpa Kang Alwy kali ini benar-benar mengaduk-aduk perasaan saya. Trauma membawa mimi dengan ambulan dari rumah sakit ditambah suara tat tit tut monitor ruang ICU ternyata harus berulang dengan ambulan yang membawa Kang Alwy dari Bandung ke Cirebon. Juga suara monitor di ruang ICU.

BACA JUGA:  Gempa Bumi Hantam Pantai Selatan Pulau Jawa, Terasa Hingga ke Majalengka

Kang Alwy memang tangguh dan berhasil melewati masa krisisnya. Tetapi tidak dengan saya. Kelelahan fisik dan psikis yang teramat sangat membuat saya tak berdaya; saya keguguran anak kedua pada usia janin dua bulan. Kami, suami-istri kemudian sama-sama menjadi pasien rawat inap, meski pada rumah sakit yang berbeda.
Astaghfirullah, laa khaula wala quwwata illa billah…

Akhirnya, awal November 2015 yang lalu, serangan strokebaru memimpa otak besar Kang Alwy. laki-laki tangguh itu tak berdaya dan menyerah pada stroke yang ke empat kalinya. Laki-laki saleh itu koma setelah beberapa hari sebelumnya mulai membayar hutang puasanya.

Laki-laki saleh itu juga masih meminta untuk dituntun shalat sebelum tidak sadarkan diri. Yang terjadi berikutnya adalah, memasuki paruh ke dua tahun 2014, Kang Alwy banyak terlibat dengan persoalan yang terjadi tanpa dugaan dan peringatan terlebih dahulu; DKC dibongkar dan kehilangan properti yang paling berharga; laptop yang memuat tulisan-tulisannya.

Vandalisme yang menimpa DKC dan kehilangan laptop membuat Kang Alwy berada dalam situasi yang sulit, tidak memiliki banyak pilihan dan kebingungan akan langkah apa yang harus diambil. Di usianya yang memasuki setengah abad lebih, Kang Alwy tampak begitu kelelahan.

Selama hidup bersama, saya tidak pernah melihat Kang Alwy begitu tertekan secara fisik maupu mental, serta begitu sedih, kecuali karena dua hal di atas.

September 2014 kemudian menjadi bulan yang berat bagi kami berdua. Stroke pertama menyerang Kang Alwy, disusul dengan kepulangan mimi ke rahmatullah pada Januari 2015. Stroke kedua menimpa Kang Alwy pada bulan Februari 2014, diikuti Kresna yang harus dirawat di Rumah Sakit karena demam berdarah.

Ah, saya masih ingat betul, lima hari setelah Kang Alwy pulang dari rumah sakit, Kresna masuk rumah sakait. Dengan kondisi fisik yang belum pulih sepenuhnya, terutama kakinya yang masih belum kuat untuk berjalan dan menopang tubuhnya, Kang Alwy memaksakan diri menemani Kresna di rumah sakit.

BACA JUGA:  Imbauan Dishub Jabar tak Pengaruhi Transportasi Online di Kota Cirebon

Kang Alwy juga tidak kuasa menolak permintaan Kresna yang meminta digendong Bapa’nya, tentu saja dalam keadaan fisik yang masih lemah.

Akhir April 2015, kejadiannya di Bandung, stroke ketiga menimpa Kang Alwy. Cukup lama pemulihan untuk stroke ketiga ini, 23 hari di rumah sakit sampai dengan dipasangnya VP-SHUNT (ventriculoperitoneal shunting) dari kepala hingga rongga perut Kang Alwy.Stroke yang menimpa Kang Alwy kali ini benar-benar mengaduk-aduk perasaan saya.

Trauma membawa mimi dengan ambulan dari rumah sakit ditambah suara tat tit tut monitor ruang ICU ternyata harus berulang dengan ambulan yang membawa Kang Alwy dari Bandung ke Cirebon. Juga suara monitor di ruang ICU.

Kang Alwy memang tangguh dan berhasil melewati masa krisisnya. Tetapi tidak dengan saya. Kelelahan fisik dan psikis yang teramat sangat membuat saya tak berdaya; saya keguguran anak kedua pada usia janin dua bulan. Kami, suami-istri kemudian sama-sama menjadi pasien rawat inap, meski pada rumah sakit yang berbeda.
Astaghfirullah, laa khaula wala quwwata illa billah…

Akhirnya, awal November 2015 yang lalu, serangan strokebaru memimpa otak besar Kang Alwy. laki-laki tangguh itu tak berdaya dan menyerah pada stroke yang ke empat kalinya.

Laki-laki saleh itu koma setelah beberapa hari sebelumnya mulai membayar hutang puasanya. Laki-laki saleh itu juga masih meminta untuk dituntun shalat sebelum tidak sadarkan diri. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *