Prodia Berkomitmen Putus Mata Rantai Thalassemia

Citrust.id – PT Prodia Widyahusada, Tbk. mengadakan skrining Thalassemia dan sosialisasi mengenai penyakit Thalassemia di Universitas Kuningan (Uniku), Rabu (16/10).

Acara itu dihadiri Wakil Rektor III Universitas Kuningan Ilham Adhya M.Si., Ketua Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassemia Indonesia (Popti) Cabang Kuningan Dadi Rohandi, Corporate Secretary Assistant Manager Prodia Dinar Primasari, Branch Manager Prodia Cirebon Annisa Anggraeni, Unit Head Prodia Cabang Kuningan E. Dwi Murwani, dan tim Popti lain.

Pada kesempatan itu, Corporate Secretary Assistant Manager Prodia, Dinar Primasari, menjelaskan, skrining Thalassemia merupakan program CSR Prodia yang telah dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2010.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap dapatberkontribusi dalam memutus mata rantai Thalassemia di Indonesia. Selain itu, kami juga aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai berbagai info kesehatan di berbagai kota di Indonesia,” ujarnya.

Dijelaskan Dinar, Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara genetik yang memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia. Berdasarkan data Bank Dunia, sebanyak 7 persen dari populasi dunia merupakan pembawa sifat Thalassemia.

“Setiap tahun, sekitar 300 ribu hingga 500 ribu bayi baru lahir disertai dengan kelainan hemoglobin berat. Sebanyak 50 ribu hingga 100 ribu anak meninggal akibat Thalassemia. Sebanyak 80 persen di antaranya berasal dari negara berkembang,” paparnya.

Dinar melanjutkan, Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk Thalassemia dunia, yaitu negara dengan frekuensi gen atau angka pembawa sifat Thalassemia yang tinggi. Hal itu terbukti dari penelitian epidemiologi di Indonesia, bahwa frekuensi gen Thalassemia beta berkisar 3-10 persen. Saat ini, sebanyak 40 persen jumlah penderita Thalassemia berada di Jawa Barat.

“Komitmen Prodia dalam memutus mata rantai penyakit Thalassemia di Indonesia diwujudkan melalui sosialisasi dan edukasi ke masyarakat, terutama para pelajar sekolah menengah ke atas dan universitas. Prodia juga mengadakan skrining Thalassemia di beberapa wilayah yang memiliki angka Thalassemia yang tinggi,” ujarnya.

BACA JUGA:  Hari Kebangkitan Nasional ke-109, Digitalisasi Pelayanan untuk Pemerataan Pembangunan

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, jelas Dinar, pembiayaan kesehatan untuk Thalassemia menempati posisi ke-5 di antara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, kanker, ginjal, dan stroke.

“Biayanya sebesar Rp225 miliar pada tahun 2014 dan menjadi Rp452 miliar pada tahun 2015. Pada 2016 meningkat menjadi Rp496 miliar, Rp532 miliar pada 2017, dan sebesar Rp397 miliar hingga September 2018,” katanya.

Di tempat yang sama, Ketua Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassemia Indonesia (Popti) Kuningan, Dadi Rohandi, mengutarakan, pihaknya berterima kasih kepada Prodia yang telah berkomitmen untuk mengadakan skrining Thalassemia setiap tahun.

“Sosialisasi dan edukasi mengenai seluk beluk penyakit Thalassemia perlu terus dilakukan, terutama kepada generasi muda, agar dapat mencegah penyebaran Thalassemia,” ucap Dadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *