Citrust.id – Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti seminar daring bertemakan “Peran Tenaga Kesehatan RS Daerah Gunung Jati Kota Cirebon Tata Laksana Psikospiritual Dalam Mendukung Proses Pengobatan Pasien Covid-19”, Rabu (4/11).
Tampil sebagai pemateri , H. Johana, S.Sos., M.Si., yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Cirebon) dan dimoderatori perawat senior sekaligus surveyor Dedy Ahmad Sumaedi, M.Kep.
Seminar yang berlangsung satu jam lebih itu mengupas tuntas terkait dengan teknik komunikasi efektif tata laksana psikoterapi Islam, memahami tentang hubungan konsep spiritual dengan jalan kesembuhan dan mendengar curahan hati pasien Covid-19 yang berpofesi sebagai perawat.
“Sebagai peneliti, saya terpanggil untuk membantu saudara kita yang sakit akibat Covid-19. Serangkaian uji penerapan psikoterapi telah dilakukan sepanjang Agustus hingga September dan Oktober 2020 terhadap pasien positif Covid-19. Mereka yang menjalani psikoterapi secara daring. Alhamdulillah semuanya sembuh jauh lebih cepat. Mereka ada yang bersedia dipublikasikan melalui wawancara testimoni yang diposting di media sosial seperti Facebook, Instagram dan Youtube. Ada pula di antara mereka yang tidak berkenan,” papar Johan.
Ia mengemukakan, psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah itu mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
“Dalam presfektif Islam, terapi ini fokus kepada pemberian motivasi untuk sembuh yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah,” katanya.
Hasil mini riset menyimpulkan, sejumlah pasien Covid-19 yang bersedia mengikuti program psikoterapi Islam mengaku dihantui rasa takut yang luar biasa akan datangnya kematian setelah dinyatakan positif Covid-19.
“Dengan izin Allah, setelah menjalani psikoterapi, mereka mengaku jauh lebih tenang. Aktivitas membaca kitab suci Alquran dan ibadah salat berimplikasi positif bagi rohani. Dengan izin Allah, pasien yang diterapi semuanya sembuh. Substansi dari metode psikoterapi Islam adalah merekonstruksi cara berpikir dan bertindak dalam menghadapi datangnya penyakit dengan pendekatan ilahiah Alquran dan sunah,” paparnya.
Turunnya penyakit merupakan salah satu ujian dari Allah. Mengutip hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, tugas manusia adalah berusaha menemukan obat dengan terus berdoa kepada Allah. “Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan pasti menurunkan obatnya.” (HR Bukhari).
Dalam terapi Islam, kata dia, pasien maupun yang memberikan terapi hendaknya yakin, bahwa Alquran adalah penyembuh, dan tetap berserah diri kepada Allah. Pasien dan yang mengobati (terapis) harus yakin, bahwa kesembuhan datang bukan karena diterapi, melainkan karena kuasa dan kehendak Allah. Terapi ini hanya perantara.
Terungkap dalam seminar itu seorang perawat yang terpapar Covid-19 menangis sedih karena mengalami sakit luar biasa pada badannya. Ia meminta kepada pemateri apa solusi buat dirinya agar lebih khusu dalam beribadah dan bisa pulih kembali.
“Saya flu berat dan saya tidak tahu apakah bisa sembuh lagi. Tetapi saya yakin, insyaallah sembuh,” katanya seraya menitikan air mata.
Johan memotivasi pasien agar senantiasa mensyukuri nikmat dari Allah SWT, rajin memohon ampun dengan beristigfar.
“Rajin mengingat Allah. Hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang. Ketika tenang, imun menjadi kuat. Efek positifnya badan akan sehat kembali. Ibu tidak usah mikir yang negatif,” urainya.
Selesai dialog, pemateri menanyakan kondisi setelah menerima saran dan nasihat, perawat mengatakan jiwanya jauh lebih tenang.
“Sekarang tidak khwatir dan takut lagi. Saya bertawakal kepada Allah. Kondisi saya jauh lebih baik,” ungkapnya. (*)