Citrust.id – Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia terus diperkuat melalui program pangan sehat yang diinisiasi DPR RI bersama Badan Gizi Nasional (BGN). Program ini menjadi langkah awal untuk membangun generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Sosialisasi program tersebut digelar di Saladara Convention Hall, Kota Cirebon, pada Kamis (29/10/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani, Anggota DPRD Kota Cirebon Yusuf, serta Tenaga Ahli Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi BGN Teguh Suparngadi.
Dalam sambutannya, Netty Prasetiyani menegaskan bahwa stunting masih menjadi tantangan serius yang harus ditangani secara menyeluruh. Menurutnya, program pangan sehat ini sejalan dengan visi Indonesia 2045 yang menargetkan terciptanya generasi emas.
“Stunting adalah akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan. Melalui program ini, pemerintah berupaya memastikan setiap anak memperoleh asupan gizi yang cukup dan seimbang. Dengan pelaksanaan yang konsisten, kita bisa menurunkan angka stunting sekaligus mencetak generasi muda yang sehat dan produktif,” ujar Netty.
Ia juga menambahkan pentingnya penerapan konsep Isi Piringku sebagai pedoman baru gizi seimbang yang menggantikan konsep lama “4 Sehat 5 Sempurna.” Menurut Netty, konsep ini lebih menekankan keseimbangan jenis dan porsi makanan sesuai kebutuhan tubuh.
Sementara itu, Anggota DPRD Kota Cirebon Yusuf menilai bahwa program pangan sehat merupakan langkah nyata mendukung prioritas Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Program ini dijalankan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang memastikan makanan sehat tersalurkan dengan baik kepada masyarakat. Sinergi antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat sangat penting agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh generasi penerus bangsa,” kata Yusuf.
Dalam kesempatan yang sama, Teguh Suparngadi menjelaskan bahwa pelaksanaan program ini berbasis empat prinsip utama, yakni kecukupan kalori, keseimbangan gizi, higienitas, dan keamanan pangan.
“Menu disusun oleh ahli gizi lokal agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi pangan daerah. Dengan cara ini, program tidak hanya memperbaiki gizi, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal melalui keterlibatan petani, nelayan, dan pelaku UMKM,” tutur Teguh.
Sosialisasi di Cirebon ini menegaskan bahwa program pangan sehat bukan sekadar bantuan konsumsi, melainkan gerakan nasional yang mengintegrasikan peningkatan kesehatan, ketahanan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Melalui kolaborasi lintas sektor, program ini diharapkan menjadi pondasi bagi lahirnya generasi Indonesia yang sehat, kuat, dan berdaya saing global. (Haris)













