INDRAMAYU (CT) – Berbagai komentar pun berdatangan dari sejumlah warga Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng tentang sosok Ahmad Muazab, atau yang akrab dipanggil Azan, warga RT 04 RW 01 Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng.
Salah seorang warga setempat, Miftah Hariri (30) mengaku bahwa Azan merupakan salah satu sahabat karibnya. Dirinya merupakan teman kecil Azan.
“Saya sempat bareng dengan Azan sekitar tahun 2011-2012 di Jakarta, dia lulus tahun 2006 dari MTS Negeri Krangkeng, lalu ke Pondok Pesantren Miftahul Huda di daerah Bungur Kabupaten Subang,” ucapnya, Jum’at (15/01).
Miftah menuturkan, Azan merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, setelah lulus dari Pondok Pesantren dia bekerja di penjualan ban, di Kampung Bulak Klender, Jakarta Timur, setelah itu jualan kebab.
“Saya yakin ketika melihat fotonya , dia menikah di tahun 2012 dengan salah satu santri di Ponpes itu, yang diketahui bernama Putri, warga Magelang dan sekarang dia berprofesi sebagai guru,” terangnya.
Dia mengaku terakhir melihat Azan sebulan yang lalu, sebelumnya dia sering pulang karena orang tuanya sedang sakit.
“Untuk memastikan jenazah tersebut, pihak keluarga meminta tolong kepada kaka iparnya, Samsudin yang ada di Jakarta, dan keluarga korban meminta Azan dimakamkan dikediamannya,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Muayanah (60) mengatakan dirinya melihat perbedaan dari Azan sejak masuk Pondok Pesantren.
“Terlihat berbeda, misalnya dalam sholat dan berpakaian, dia lebih condong memakai celana mengatung,” ungkapnya.
Dia mengaku terakhir kali melihat Azan sebelum tahun baru, biasanya sering pulang nengok orang tuanya yang sedang sakit.
“Azan, sosok yang pendiam, tidak pernah bergaul dan cenderung di rumah saja,” jelasnya. (Dwi Ayu)