Ilustrasi
CIREBON (CT) – Sebelumnya di Indonesia pernah dilakukan pembuatan pesawat N250 yang digagas oleh “Crack Progression Theory” maestro B.J. Habibie. Pesawat ini akhirnya dihentikan produksinya oleh IMF pada tahun 1998 karena krisis moneter dan semenjak itu industri pesawat di Indonesia mulai lesu. Tetapi, pada tahun 2015 angin segar di Industri pesawat di Indonesia mulai berhembus. PT Regio Aviasi Industri (RAI), PT Ilthabi Rekatama, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan PT Eagle Capital milik BJ Habibie berencana untuk bersama-sama membangun Pesawat R80 Berbasis Turboprop.
Pesawat R80 Berbasis Turboprop itu siap untuk melakukan penerbangan perdana di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Terpilihnya BIJB Kertajati karena melihat sejumlah keuntungan dari segi lahan, jika pesawat dirangkai di Kertajati sangat memungkinkan karena penduduk tidak begitu padat dan banyak lapangan terbuka. Dibandingkan dengan bandara Husein Sastranegara, Bandung, yang kawasannya sudah padat. Pesawat R80 diharapkan dapat melanjutkan sukses pesawat pendahulunya N250 produksi IPTN (saat ini PT Dirgantara Indonesia) yang mulai mengudara pada 1995. (Net/CT)