Berusia 100 Tahun, Inilah Resep Nenek Ipah Perempuan Tertua di Majalengka

Majalengkatrust.com – Ipah warga RT 05 RW 04, Blok Sungkawiluya, Kelurahan Simpeureum, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka adalah perempuan tertua yang ada di Kabupaten Majalengka. Usianya kini 99 tahun menjelang 100 tahun pada November mendatang.

Namun pendengaran Uyut Ipah, biasa disapa warga setempat, masih sangat kuat. Terbukti ketika diajak berbincang dia mampu menjawab setiap obrolan tanpa harus mengulang pertanyaan. Matanya juga masih tajam, malah katanya dia masih bisa menjahit baju-baju yang sobek, hanya saja memasukan benang ke jarum yang harus ditolong.

Diapun masih bisa berjalan dengan tegak tanpa alat bantu apapun, termasuk setelah duduk lama dia langsung bisa berdiri. Padahal tetangganya bahkan anaknya sekalipun jika habis duduk terlalu lama, akan susah berdiri karena kaki yang kaku.

Ipah mengaku sudah punya 62 cucu dan cicit dari 6 anaknya yang kini tinggal di Jakarta, Bogor serta di Simpeureum dua.

“Sekarang tidak ada teman seusia Uyut, semua sudah meninggal, adik-adik uyut juga semua sudah meninggal,” ungkap Ipah anak pertama dari tiga bersaudara Kacong dan Sarah, Kamis (21/09).

Sedangkan suaminya, Rumanta, meninggal tahun 1990 di usia 85 tahun. Uyut Ipah dan suaminya dulu adalah penjual minyak kelapa. Serta sisa parutan kelapa dia buat dage yang juga dijual ke pasar.

Selain pernah berjualan minyak, Ipah juga berjualan kain samping dengan berkeliling kampung, sedangkan almarhum suaminya berjualan golok dan alat pertanian lainnya seperti cangkul dan sabit. Malah konon suaminya berjualan golok hingga ke Bandung dikreditkan. Barang-barangnya diperoleh dari Cigasong, karena kebetulan di Cigasong banyak tukang panday yang hasilnya berkualitas.

Menurut keterangannya sejumlah tetangga dan salah seorang cucunya, Nyai Nenah, Uyut Ipah ini nyaris tak pernah sakit. Kalaupun sakit hanya sakit ringan. Makanya dia masih tetap bisa beraktifitas. Malah kalau tidak dilarang dia masih mau mencuci alat dapur jika terlihat ada yang kotor, menyapu atau membersihkan kaca.

BACA JUGA:  JNE Jamin Layanan Tetap Optimal Saat Ramadan dan Lebaran

“Untuk menghilangkan rasa pegalnya paling Uyut jalan-jalan. Jalan-jalannya ke putranya yang di Bogor atau di Jakarta, beberapa bulan kemudian kembali pulang ke Simpeureum,” ungkap Nyai Nenah.

Uyut Ipah menyebut tak ada resep apapun atau pantangan apapun untuk tetap bisa sehat dan bertahan hingga diusianya sekarang. Hanya dia tak mampu melepas kebiasannya ngalemar atau di Majalengka biasa disebut nyeupah. Malah dia lebih memilih tidak makan dari pada tidak ‘nyeupah’.

Kebiasaan nyeupah ini dilakukannya sejak tahun 1944 disaat dia melahirkan anak pertamanya yang meninggal saat bayi berusian 3 bulanan, yang terus dibawa mengungsi. Mungkin tidak tahan dengan udara dan dan terus bergerak.

“Jaman dulu laki perempuan ngalemar, kalau orang melahirkan tidak boleh tidur siang, bahkan tidur pun kaki harus tetap selonjor dan cara menghilangkan kantuknya dengan cara ngalemar,” kata Ipah.

Makanya higga sekarang dia nyaris tak pernah tidur siang, karena tak pernah ada rasa kantuk walaupun bangun setiap hari selalu pukul 03.00 WIB, karena terus nyeupah. Dalam sehari dia bisa lebih dari 10 kali nyeupah. Itu dilakukan begitu usai solat malam, sambil menunggu subuh. (Abduh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *